Sabtu, 06 Juni 2020

PTK Menjadi Buku, Why Not?




Makna Tersirat PTK Menjadi Sebuah Buku 

Kuliah online pertemuan kedua lewat, karena baru bergabung di WAG hari Jum’at, 5 Juni 2020 pukul 07.00 WIB. Tak patah semangat, saya melakukan kunjungan ke berbagai blog para penulis hebat salah satunya https://syamnafisah.blogspot.com/2020/ 06/kuliahonline-kedua-dari-ptkmenjadi-buku.html. Tulisan dalam blog menyiratkan bahwa materi yang disampaikan adalah hal baru yang belum pernah saya peroleh pada kegiatan diklat atau seminar tentang menulis yang pernah saya ikuti.

“PTK bisa diterbitkan menjadi sebuah buku” merupakan tagline yang sangat menarik. Pengalaman pribadi selama ini khususnya PTK, bahwa saat PTK sudah berhasil dinilaikan untuk kenaikan pangkat maka akan menjadi history document atau pajangan di Perpustakaan Sekolah yang kadang belum tentu teman seprofesi di sekolah mau membacanya. Apabila “PTK bisa diterbitkan menjadi sebuah buku” maka menjadi inspirasi sekaligus pemacu untuk berkreativitas bagi tenaga pendidik. Tenaga pendidik terpacu untuk melakukan classroom action research dengan berbagai model, metode, strategi ataupun teknik pembelajaran yang inovatif sehinggga dapat dijadikan sumber referensi bagi teman seprofesi di berbagai penjuru sekolah di Indonesia manakala PTk nya dapat dibukukan.

Makna lain yang tersirat lain tagline “PTK bisa diterbitkan menjadi sebuah buku” bahwa semua aktivitas nyata yang dilakukan selama melaksanakan aktivitas keseharian khususnya yang menyangkut profesi keguruan dapat didokumentasikan menjadi karya yang disebut “buku”. Pada WAG, saya temukan inspirasi bagaimana Ibu Hati Nurahayu, S.Pd. memberikan contoh catatan perjalanan mengunjungi Sri Baduga atau kegiatan yang pernah dilakukan dalam pembelajaran pun dapat dijadikan sebagai sebuah buku.



Kedua contoh buku di atas dapat dijadikan sebagai model sekaligus menumbuhkan semangat untuk membukukan aktivitas terkait profesi keharian saya khususnya dalam mengelola ratusan komputer di laboratorium lengkap dengan permasalahan beserta pemecahannya. Belum lagi aktivitas sebagai pengelola program di sekolah juga menginspirasi saya untuk membuat  semacam buku panduan bagaimana mengembangkan sebuah aplikasi dapat membantu proses belajar mengajar yang selama ini baru sebatas pada pembuatan modul atau buku lembar kerja siswa.
Pada akhirnya, semua kemanfaatan berpulang kepada kita apabila mampu “memanfaatkan waktu luang untuk menulis, bukan menunggu waktu luang untuk menulis”. Entah dengan membukukan PTK, membukukan kisah perjalanan nyata, atau membukukan aktivitas selama menjalankan profesi  yang kesemuanya tersirat melalui WAG Ibu Hati Nurahayu, S.Pd. 

Salam dari Lereng Lawu


Eko Daryono
Previous Post
Next Post

1 komentar: