Jumat, 03 Juli 2020

Kunci Produktif Menulis


AYO PRODUKTIF MENULIS
Pertemuan ke-15 “Belajar Menulis Bersama Omjay dkk”, tanggal 03 Juli 2020 menghadirkan nara sumber yang banyak asam garam dalam menulis. Sosok yang akan genap berusia 45 tahun pada 19 Juli mendatang ini merupakan seorang dosen dan pakar kepenulisan. Beliau adalah Dr. Ngainun Naim. Membaca curriculum vitae yang dishare Omjay sebelum acara dimulai, hanya decak kagum terucap atas produktivitas menulis beliau yang luar biasa. Lebih dari 25 buku yang telah ditulis dan terbitkan. Itupun belum termasuk 14 artikel yang telah beliau jurnalkan.
Dr. Naim pun membagikan pengalamannya bagaimana agar produktif menulis. Pada pengantarnya, Dr. Naim menyatakan bahwa guru adalah kunci penting dalam dunia pendidikan. Jika guru berkualitas, besar kemungkinan kelas yang diajarnya juga berkualitas. Tapi jika gurunya kurang berkualitas, tentu hasil pembelajarannya juga kurang sesuai dengan harapan.
Salah satu kunci penting peningkatan kualitas guru adalah dengan membangun budaya literasi. Literasi berarti budaya membaca dan menulis. Seorang guru yang mau terus membaca buku dan menulis memiliki peluang untuk semakin meningkat kualitas dirinya. Semakin banyak buku yang dibaca, semakin banyak karya yang dihasilkan, maka akan memiliki kontribusi penting bagi kemajuan pendidikan.
Agar dapat produktif menulis, maka perlu mengetahui kunci-kunci penting dalam menulis. Kunci adalah alat pembuka. Jadi ketika mendapatkan kunci, maka harus difungsikan sehingga dapat memberikan manfaat. Ada enam kunci produktif menulis adalah sebagai berikut :
KUNCI PERTAMA : MOTIVASI.
Motivasi dalam menulis perlu ditata sejak awal. Tanyakan pada diri sendiri, apa motivasi dalam. Ada beberapa motivasi dalam menulis yaitu :
1. Motivasi karir. Mencermati komposisi anggota grup menulis, bahwa menulis merupakan aktivitas yang berkaitan erat dengan profesi peserta. Implikasinya, semakin mahir menulis maka semakin lancar karir yang ditempuh.
2. Motivasi materi. Menulis dapat menghasilkan honor. Bagi penulis yang sangat terkenal, honor akan sangat berlimpah karena bukunya mengalami cetak ulang. Namun jumlah mereka yang beruntung dari materi ini tidak terlalu banyak. Sebagian besar penulis justru kurang mendapatkan perhatian dari sisi materi.
3. Motivasi politik. Menulis dapat ditujukan untuk mencapai tujuan politik tertentu.
4. Motivasi cinta. Menulis dilakukan karena memang mencintai aktivitas menulis.
Masih banyak lagi motivasi lain yang mendasari seseorang menulis. Hal yang perlu diingat bahwa apa pun motivasi yang dipilih maka akan mempengaruhi terhadap tulisan atau buku yang akan dihasilkan. 
KUNCI KEDUA: MEYAKINI BAHWA MENULIS ITU ANUGERAH.
Kemauan dan kemampuan menulis merupakan sebagai anugerah. Faktanya banyak orang yang mau menulis tapi tidak mampu mengerjakannya, karena kesibukan atau sejuta alasan lainnya. Banyak orang yang sesungguhnya mampu menulis tetapi tidak mau menulis. Oleh karena itu, bisa menulisa dalah anugerah luar biasa yang harus disyukuri. Cara mensyukurinya dengan terus menulis.
Fakta mengenai setiap orang sebenarnya bisa menulis dapat dilihat dari pengalaman formalnya. Pada lulusan lulusan S1, atau S2 atau S3 secara tidak menyadari sebenarnya sudah menulis ribuan halaman. Saat kuliah S1 tentu ada tugas membuat makalah, resume, tugas dari dosen dalam setiap semesternya. Paling tidak satu semester harus membuat 10 makalah. Misalnya setiap makalah tebalnya 10 halaman, berarti dalam satu semester sudah 100 halaman. Apabila dikalikan 8 semester berarti sudah 800 halaman. Itupun belum termasuk laporan KKN, magang, skripsi. Kala uterus berlanjut ke jenjang S2 bahkan S3, dapat dibayangkan berapa ribu halaman yang sebenarnya telah ditulis.
Namun kenyataanya masih ada yang kesulitan menulis padahal pengalaman menulisnya sudah ribuan halaman. Beberapa kemungkinan penyebabnya adalah :
[1] Selama kuliah spesial menjadi anggota kelompok yang tidak pernah menulis makalah. Biasanya ini yang spesial membiayai foto kopi.
[2], tidak menulis karena dibuatkan orang lain.
[3] menulis dengan melakukan “kanibal” tulisan orang lain. Misalnya mendapatkan bahan di googe lalu dipotong sana-sini sampai berbentuk layaknya tulisan.
[4], begitu mendapatkan tugas langsung berburu referensi. Tidak berpikir apa yang harus ditulis. Begitu referensi didapatkan segera dibuka, diketik, lalu tutup. Ganti referensi berikutnya, dibuka, diketik, lalu tutup begitu seterusnya. 
Menulis itu akan membuat kita menjadi berbeda dibandingkan kawan-kawan yang lainnya. Sesederhana apa pun buku yang dihasilkan tetap memiliki kontribusi penting. Jangan dengarkan nyinyiran yang tidak konstruktif. Teruslah menulis maka akan menjadikan kita sebagai makhluk yang berbeda dengan kawan-kawan lainnya. 
KUNCI KETIGA: MENULIS ITU MEMBERIKAN BANYAK “KEAJAIBAN” DALAM HIDUP.
Menulis banyak memberikan kemanfaatan. Omjay (guru blogger Indonesia) mengatakan bahwa menulis setiap hari itu telah memberikan keajaiban dalam kehidupan. Keberhasilan Omjay dalam menulis berbuah sukses dengan mendapatkan banyak materi mulai dari royality buku, sering diundang sebagai pembicara di berbagai forum, memiliki banyak teman, dapat membeli peralatan yang dibutuhkan dalam kehidupan. Selain itu, tulisan juga merupakan alat perekam kehidupan yang ajaib. 
KUNCI KEEMPAT: TIDAK MUDAH MENYERAH.
Penulis akan menjumpai banyak tantangan. Praktiknya banyak orang ingin menulis (termasuk menulis buku), namun semangat menulisnya akan fluktuatif. Ada kalanya memiliki semangat berapi-api, namun ada kalanya juga tanpa memiliki semangat. Saat bersemangat, menulis berlembar-lembar halaman dalam sehari terasa ringan. Saat tidak bersemangat, satu paragraf pun terasa berat sekali. Bahkan sangat mungkin berbulan-bulan tanpa menulis sama sekali. Diperlukan semangat pantang menyerah dalam menulis. Menulis lima paragraf yang dilakukan rutin setiap hari jauh lebih baik daripada sepuluh halaman yang dilakukan tiga bulan sekali. 
KUNCI KELIMA: BERJEJARING.
Jadi penulis harus berjejaring. Sebuah keharusan untuk membangun jejaring kepenulisan. Misalnya bergabung dengan “Kegiatan Menulis Bersama Omjaya dkk” merupakan upaya untuk saling berinteraksi dalam rangka berjejaring. 
KUNCI KEENAM: MENULIS SEBANYAK-BANYAKNYA.
Menulis harus dilakukan setiap hari secara terus-menerus. Hal itu secara otomatis akan memperbaiki kualitas tulisan yang dibuat. Mengapa demikian? karena semakin sering menulis maka semakin terampil sehingga kualitasnya juga akan semakin baik.
KESIMPULAN
Kemauan dan kemampuan menulis adalah anugerah yang harus disyukuri dengan cara konsisten menulis setiap hari. Menulis satu paragraf setiap hari lebih bermakna daripada menulis berlembar-lembar namun dilakukan sebulan sekali. Maka dari itu jaga konsistensi dalam menulis agar kita terlahir menjadi makhluk yang berbeda dengan orang di sekeliling kita.


Kamis, 02 Juli 2020

Jurus Melawan Kebuntuan Menulis

FreeWriting : Jurus Melawan Kebuntuan Menulis

 
Nara sumber “Kegiatan Menulis Bersama Omjay dkk” pada pertemuan ke-14, tanggal 01 Juli 2020 adalah Muhammad Firman Suwarya yang biasa dipanggil Pak Firman. Beliau berprofesi sebagai duru TIK SMP Negeri Unggulan Indramayu.
Alumnus Pascasarjana Teknik Informatika Universitas Pamulang Tangerang Banten ini juga seorang penulis buku informatika jenjang SMP dan penulis buku lainnya. Menyimak CV yang dibagikan Omjay, Pak Firman telah menulis tiga buku solo, delapan buku antologi dan puluhan artikel yang dicetak di media Online.
“Jika saya tantang anda menulis 1 hari 5 lembar dalam 30 hari, kira2 sanggup ga ya? Jika anda berani konsisten menulis 5 lembar perhari, saya yakin bapak ibu akan menjadi seorang penulis yang handal dan produktif.”
Guna menjawab tantangan tersebut, Pak Firman berbagai ilmu tentang FreeWriting. Freewriting yaitu teknik menulis cepat tanpa hambatan. Secara umum menulis sebanyak lima halaman membutuhkan waktu berjam-jam. Efeknya akan ketemu dengan rasa bosan yang membelenggu. Hal itu merupakan penyakit yang menghinggapi hampir semua penulis, baik yang baru belajar atau mungkin penulis handal.
Bahaya penyakit ini biasanya diawali dengan menyerang ke pikiran. Cirinya yaitu tiba-tiba ide-ide yang kita punya hilang, lalu bingung harus menulis apa lagi. Endingnya kita akan cape’, lelah dan malas menulis.
Terkadang saat malas menghinggapi, ketika akan menulis lagi, tiba-tiba mendapatkan ide yang baru. Selanjutnya kita mulai menulis, namun di tengah jalan ide baru yang belum selesai ditulis, terbersit ide baru lagi. Alasan dan pikiran kita sama seperti yang pertama, yaitu ide baru tersebut lebih bagus dari ide pertama. Ide yang mana..? ya, ide tadi yang katanya bagus, yang belum selesai ditulis juga... dan terus seperti itu mandeg lagi, mandeg lagi... tidak ada kelar-kelarnya... dan kondisi seperti itu dalam dunia kepenulisan biasa disebut dengan Lingkaran Setan Kebuntuan...
Terkadang, mulai menulis lagi, menulis lagi tapi ya... tadi tidak ada yang selesai... tidak ada karya yang bisa dihasilkan....!!! Akhirnya apa? mungkin bisa stress... lalu bagaimana? Mungkin saja, nanti muncul ada pemikiran jangan-jangan saya tidak ada bakat untuk menjadi penulis...
Pak Firman pun pernah mengalami hal serupa. Namun sejak mengenal FreeWriting beliau terbebas dari hal-hal tersebut, walau tidak langsung begitu keluar dan lolos dari penyakit yang menimpa seorang penulis tersebut. Konsep Freewriting ini sebenarnya sederhana, yaitu segera tulis ide yang muncul, segera tulis, dan tulis sebelum ide itu hilang. Menulis ide yang muncul itu sebenarnya sangat mudah, karena dapat ditulis kapanpun dan dimanapun.
Saat menghadapi kondisi tiba-tiba muncul ide baru, maka langkah idelanya adalah dicuekin saja, biarkan dulu, buat satu tekad ide baru itu akan saya tulis, tapi nanti setelah tulisan kita selesai. Oleh karena itu kita harus benar-benar menyelesaikan tulisan yang telah dibuat
Freewriting dilakukan dengan menulis ide yang muncul secara mengalir tanpa memperhatikan kalimat-kalimat yang tidak nyambung, salah ketik, dan lain-lainnya. Pokoknya ide muncul langsung ditulis hingga ending ide itu dimana. Apabila ada hal terlupakan, maka dilewati saja. Nanti pada sesi cek and ricek atau pada saat proses editing kesalahan-kesalahan tersebut dapat diperbaiki.

Kepiawaian Mengelola Sekolah

Jurus Mengelola Sekolah di Era Covid-19
Bagaimana rasanya ya apabila anak didik yang pernah kita ajar menjadi seorang menteri? Kalau saya pastinya sangat bangga dan akan saya ceritakan kepada anak cucu dan kolega-kolega saya. Mungkin itu juga yang dirasakan oleh nara sumber kita yang satu ini. Beliau pernah menjadi guru kelas 4 nya Bapak Nadiem Anwar Makarim, B.A., M.B.A., Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada Kabinet Indonesia Maju.
Beliau adalah Dra Betti Risnalenni MM, nara sumber yang dihadirkan dalam “Kegiatan Menulis Bersama Omjay dkk” pada pertemuan ke-13, tanggal 29 Juni 2020. Pengalamannya yang luar biasa dalam mengelola sekolah dapat dijadikan sumber inspirasi. Wanita kelahiran Padang, 13 Agustus 1968 ini adalah pendiri, pemilik, guru sekaligus Kepala Sekolah Kelompok Belajar, TK, dan SD Insan Kamil yang merupakan sekolah dengan biaya terjangkau dan berfasilitas bagus.

Lantas, bagaimanakah strategi yang diterapkan Ibu Betti dalam mengelola sekolah di era Covid-19 ini? Seperti halnya himbauan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tentang penyelenggaraan pembelajaran di masa Pandemi, ibu Betti mengaplikasikan pembelajaran daring sejak pandemi Covid-19 merebak meskipun lokasi sekolah yang dikelolanya berada di zona hijau.
Selama #belajar dari rumah, tidak hanya materi pelajaran saja yang disampaikan secara daring, namun juga penugasan kegiatan rumah (life skill dan karakter). Meskipun di tingkat KB dan TK mulai dilanda kebosanan, namun hingga berakhirnya tahun pelajaran berhasil dilaksanakan dengan baik. Tidak hanya anak, guru dan karyawan pun juga merasakan hal yang sama. Mereka pun merasa stress dengan musibah ini dan harus berpikir bagaimana cara mengajar secara daring. Bekerja dari rumah memang lebih susah karena gangguannya lebih banyak. Oleh karena itu, perlu kehati-hatian dalam menanganinya serta membutuhkan kerjasama dari semua pihak.
Pesan Ibu Betti pada akhir yakni kalau ada niat baik lakukanlah, insya allah Allah akan membantu. Kalau mengerjakan sesuatu, lakukanlah yang terbaik karena nilainya akan memperbaiki citra dan kehidupan kita.
“tak pernah lelah dalam mengajar”


Rabu, 01 Juli 2020

Ayo temukan brandingmu..!



Be Yourself, maka Branding Kau Dapat 
Sebelum dilaksanakan seminar online “Kegiatan Menulis Bersama Omjay dkk“, Omjay memperkenalkan para nara sumber yang dihadirkan melalui flyer menyerupai ID Card. Namun pada pertemuan ke-12, ada hal yang tak biasa dilakukan Omjay. Omjay memperkenalkan narasumber melalui flyer berbentuk poster. Sebelum mencermati flyer tersebut, saya kira ada agenda webinar lain yang biasanya ditawarkan oleh Omjay di WA Grup Gelombang 12. E ... tak tahunya flyer itu adalah nara sumber yang dihadirkan pada pertemuan ke-12, 26 Juni 2020.
Bapak Namin AB Ibnu Solihin, sesuai nama pada flyer maupun saat beliau memperkenalkan diri, adalah founder motivatorpendidikan.com. Nama yang masih asing bagi saya karena jarang berliterasi. Terdorong rasa penasaran, saya searching nama Namin AB Ibnu Solihin di Google. Hasilnya wow… ada 11.800 hasil pencarian dengan nama tersebut. 
Apa sih keistimewaan Pak Namin hingga begitu terkenalnya di google search? Saat membuka link https://motivatorpendidikan.com/index.php/2015/08/29/profil-namin-ab-ibnu-solihin/, ternyata Pak Namin tidak hanya founder motivatorpendidikan.com. Beliau juga seorang motivator dan trainer pendidikan, pembicara seminar parenting, konsultan branding sekolah, dosen, blogger pendidikan, penggiat pendidikan dan seorang ayah. 
Pengusung motto "jadilah pribadi yang menginspirasi, menggerakkan dan meneladani" ini telah membagikan secara gratis lebih dari 250 materi training di slideshare.net. Materi tersebut telah dilihat lebih dari 500.000 kali dan di download sekitar 7.000 kali setiap tahunnya. Bagaimana ya caranya konsisten menulis sebanyak itu? Menurut beliau proses menulis mengikuti rumus 5a (dipaksa, terpaksa, kepaksa, biasa, terbiasa). Saat bisa memaksa diri menulis selama 3 bulan akhirnya akan terbiasa menulis. Cukup meluangkan waktu selama 15 menit sehari untuk menulis. 
Jum,’at malam 26 Juni 2006, Pak Namin berbagi tentang membangun Branding melalui Blog dan Media Sosial. Beliau mulai ngeblog sejak tahun 2007 melalui blogspot.com dengan maksud mengisi waktu luang saat istirahat mengajar. Tercatat lebih dari 10 blog yang pernah dibuatnya dengan tulisan yang masih sangat beragam, bahkan lebih banyak curahatan hati. 
Tahun 2013 , Pak Namin pidah ke lain hati dari blogspot.com ke guraru.org, sebuah blog yang diisi oleh guru-guru kreatif, seperti  Pak Agus Sampurno dengan Brandnya Guru Kreatif, Om Jay Wijaya Kusuma dengan Brandnya Guru Blogger dan Master Dedi Dwitagama. Guna meningkatkan kemampuan menulisnya, beliau mengikuti Teacher Writing Camp angkatan ke-3, yang digagas oleh Om Jay dan teman-teman. 
Tahun 2014, Pak Namin dan Om Jay bersama teman-teman menggagas berdirinya Komunitas Sejuta Guru Ngeblog, dan mulai memberikan Pelatihan Guru Ngeblog Gratis bagi guru di Jabodetabek. Pada tahun itu pula, awal beliau mulai membangun branding lewat blog. Akhirnya pada tahun 2015, beliau melaunching www.motivatorpendidikan.com dengan konten tulisanya tentang program training yang pernah disampaikan. Menulis dan membangun branding telah mengantarkannya keliling Indonesia dengan mengisi training di lebih dari 300 lembaga sejak tahun 2014-sekarang. 
Berdasarkan pengalaman beliau, membangun branding memang tidak mudah. Namun apabila ada kesungguhan maka akan ada kemudahan. Kunci membangun branding adalah :
1. Membangun branding harus sejalan dengan kompetensi yang kita miliki. Jadi, jangan mencoba membangun branding tertentu yang kita tidak punya ilmunya.
2. Membangun branding melalui blog harus selaras dengan kepribadian kita di blog, media sosial dan segala aktivitas yang kita lakukan.
3.  Menulis konten blog secara konsisten sesuai branding yang kita miliki. Apabila ingin dikenal sebagai pakar pendidikan, maka harus konsisten menulis hal-hal yang berkaitan dengan hal tersebut. Beliau mencontohkan ketika orang berbicara "Motivator Pendidikan", orang akhirnya akan mengingat "Namin AB Ibnu Solihin".