Minggu, 20 Desember 2020

The Power of Pada Suatu Hari

 


Sebelum memulai materi, baru saya sadari bahwa dalam empat malam terakhir saya tampil di kelas MBI. Selasa, 1 Desember saya menyajikan materi Menulis itu Nikmat. Lanjut hari Kamis, 3 Desember 2020 saya didapuk menjadi moderator mendampingi Pak Nafrizal Eka Putra, M.Pd.  Jum'at malam, 4 Desember 2020, saya tampil lagi sebagai narasumber dengan tema 'The Power of "Pada suatu hari". Bingung juga...kok kayak acara One Man Show-nya Mas Thukul ya...padahal banyak nara sumber hebat di kelas MBI lho...

Yah...begitulah takdir kehidupan yang harus berjalan. Capek???? Alhamdulillah tak terasa sedikitpun rasa capek...Justru sebaliknya, sangat senang karena bisa berbagi pengalaman dalam menulis. Meski mempersiapkan materi presentasinya harus berpacu dengan waktu di tengah himpitan kesibukan yang tak henti.

Membaca judul tema kesannya...wouw...ngeri....bingung.... Lho, kenapa emang.... ????

Judul tema-nya sekilas kereen.....! Sok gaya ke-Inggris-inggrisan gitu loh .... !!!

Tapi ngeri juga....kok "Pada suatu hari" ada powernya....jangan-jangan kiamat nih, seremmmm...!!!

Akhirnya bingung....emang "Pada suatu hari" ada kekuatan apaan...?

Tema itu dipilih untuk menjawab rasa penasaran sahabat MBI, saat saya menyajikan teman Menulis itu Nikmat. Pada salah satu materi saya menjelaskan jurus jitu menulis mudah.

dok. pribadi

Jurus pertama itulah yang membuat orang penasaran, yaitu "Pada suatu hari". Ah...aneh.... jurus apaan tuh...??? Ya emang aneh....kalau tak paham jadinya malah bingung. Ide jurus itu memang didasari pada pengalaman pada masa sekolah dulu. Tujuannya agar sahabat MBI segera terbangun dari mimpi dengan mulai menulis. Teknik menulis itu tak sulit, yaitu :

"Mulailah menulis, jangan berpikir. Berpikir itu nanti saja. Yang penting menulis dulu. Tulis draft pertamamu itu dengan hati. Baru nanti kau akan menulis ulang dengan kepalamu. Kunci utama menulis adalah menulis, bukannya berpikir." (James Whitfield Ellison)

Kunci utama menulis adalah menulis, bukannya mikir.Tapi tetep mikr juga ah...mikirnya kalau kunci untuk mengawali sebuah tulisan apa??? Makanya biar tak bingung pakai jurus di atas tuh...!!!

 

Ada apa dengan "Pada suatu hari"?

Saya bawa sahabat MBI untuk mengenang kegiatan pembelajaran waktu di sekolah dasar. Masih ingat saat mengarang di Sekolah Dasar....???? Saat mulai membuat karangan, biasanya kita menggunakan kalimat "Pada suatu hari" ....." Bermula dari kalimat itulah ide di kepala muncul, yang kadang tak disadari. Untaian kata demi kata seperti kereta api....sambung menyambung menjadi tulisan... Semua tugas dari guru pun selesai...hingga kita lulus SD...SMP...SMA...

Kini setelah sekian puluh tahun, kita bilang "Aku bingung...ndak bisa nulis...!!!" Lho....emang waktu mengarang di sekolah itu bukan kegiatan menulis...??? Itu menulissss...... Lantas kalau itu menulis, kenapa sekarang bilang tidak bisa menulis? Bisa jadi penyebabnya kita lupa sejarah bahwa kita dulu pernah menulis. Dulu enjoay dan percaya diri pakai "Pada suatu hari" di awal tulisan, namun sekarang mungkin sudah lupa atau malu karena sekilas "Remeh banget, gue khan orang tua....masak pake kalimatnya anak-anak...ogah...!!!"

Belum puas juga....??? Masih ingat saat guru mendongeng....???? Di awal cerita bapak atau ibu guru biasanya juga memulai pembicaraan dengan "Pada suatu hari". Bahkan Buku dongeng berbahasa Inggris pun banyak yang diawali dengan kata "Once upon a time", "One day" atau yang intinya mengarah pada terminologi waktu.

Ndak sadar khan...kita semua ini sebenarnya adalah penulis... Kita ini penulis dan kemampuan menulis kita sudah diasah semenjak sekolah dasar.

dok. pribadi

 

Kenapa butuh "Pada suatu hari"?

Simak gambar berikut ini ya...!!!

dok. pribadi

 

Ibarat ide dengan menulis itu adalah air yang mengalir dalam keran. Saya yakin, sejuta ide ada di kepala kita masing-masing. Tapi karena terlalu banyak mikir, ide-ide itu menguap begitu saja. Apa sih yang dipikirin??? Biasanya mikir mau nulis apa, mulai dari mana, kata apa... Nah...biar ndak buntu atau tersumbat aliran idenya...makanya penutup ide yang namanya kebuntuan di puter...caranya mengawali tulisan dengan "Pada suatu hari".

Yakin dah...pasti bisa nulis meski awalnya hanya satu kalimat... Kalau satu kalimat terbentuk...maka ide akan mengalir untuk membuat kalimat lanjutannya... Misalnya : "Pada suatu hari aku berangkat ke kantor .......". Masak ndak bisa menemukan ide dengan kalimat itu....??? Ya tinggal lanjutin aja dengan kantornya dimana, jam berapa berangkatnya, sama siapa, naik apa, lewat mana, selama perjalanan liat apa, kondisi jalan bagaimana, sampai tujuan jam berapa,...... Nah..mengalir khan...

dok. pribadi

Intinya penggunaan "Pada suatu hari" di awal tulisan, merupakan teknik untuk memecah kebuntuan dalam mengawali tulisan. Sulitnya menemukan kata pertama memang menjadi syndrom yang banyak dialami penulis pemula. Jika kebuntuan bisa terpecahkan maka ide dapat dituliskan dengan lancar. Selanjutnya terserah Anda....kata iklan demikian... Jadi sudah mulai paham khan...Ternyata kekuatan "Pada suatu hari" cukup signifikan ya...!!!

 

Apa hebatnya "Pada suatu hari"?

Sesuatu yang kecil dan dianggap remeh bisa jadi memiliki manfaat yang besar atau justru sebaliknya. Demikian juga dengan kalimat "Pada suatu hari" yang kelihatannya remeh banget....kekanakan banget...gampangan banget.... Eee...punya kehebatan yang luar biasa, yaitu bisa membuka keran untuk mulai menulis, bisa jadi buku, puisi, lagu, dongeng. Orang bingung pun dengan menggunakan "Pada suatu hari" pun akan bisa menulis. Ndak percaya??? Simak berikut ini!!

dok. pribadi

Percaya khan.... Selanjutnya bisa jadi puisi seperti karya Sapardi Djoko Damono berjudul "Pada Suatu Hari Nanti" berikut ini !

dok. pribadi

Saya juga buat puisi dengan makna power "Pada suatu hari" dengan judul "Kebuntuan"

dok. pribadi

Selengkapnya dapat dibaca di sini.

Bisa jadi bagian lirik lagu seperti lagu berjudul "Dia" yang dinyanyikan sekaligus dipopulerkan Anji berikut ini !

dok. pribadi

Bisa jadi buku berjudul "Pada Suatu Hari -- Malam Wabah" yang ditulis oleh Sapardi Djoko Damono berikut ini !

dok. pribadi

Bisa jadi dongeng seperti dongeng "Tupai dan Kelinci Pemalas" berikut ini !

dok. pribadi

Berhentikah hanya pada kalimat "Pada suatu hari"? Tentu tidak, Setelah "Pada suatu hari" maka perlu pemahaman baiknya menulis apa... Jawabannya tulis saja isi hati. Apa yang dikata hati, tuliskan...tuliskan...tuliskan...itu sebagai langkah awal untuk memulai menulis.

"Pada suatu hari" pun jika sudah terbiasa menulis bisa diikuti kata-kata yang bervariasi dengan rasa yang berbeda-beda .....

"Pada suatu hari", saat sang surya mulai merona....

"Pada suatu hari", sepuluh tahun yang lalu ....

"Pada suatu hari", dikala ayam jantan berkokok ....

"Pada suatu hari", bersamaan dengan datangnya ......

"Pada suatu hari", di persimpangan jalan desa ....

"Pada suatu hari", saat aku menemani ayah ....

Bisa juga variasinya terletak pada kalimat "Pada suatu hari" contohnya

Di suatu hari ....

Saat matahari tenggelam ....

Saat hujan rintik-rintik ...

Saat aku duduk di SD ....

Saat aku masih remaja ....

Suatu hari, di bulan Desember sepuluh tahun lalu ...

Suatu ketika, aku berjumpa dengan ....

Suatu masa, di mana belum ada yang punya ....

Pada suatu pagi .....

Jadi banyak variasi yang bisa dijadikan alternatif. Intinya bahwa "Pada suatu hari" hanyalah kalimat pemancing, yang tidak berarti apa-apa saat kita tidak segera menulis....

Emang hanya "Pada suatu hari" aja kata pancingannya? Masih banyak kata pancingan untuk mengawali menulis. Selain terminology waktu, juga bisa menggunakan terminology tempat, obyek kebendaan, subjek misalnya: aku dan teman-teman, ibuku, ayahku, adikku. Pokoknya banyak teknik pancingannya. Tinggal kita mood untuk menulis itu kita mulai dari mana. Namun yang saya rasa mudah untuk dikembangkan adalah "Pada suatu hari".

 

Coretan Pena Lereng Lawu

04 Desember 2020

 

Diposting pertama kali dan dapat dibaca di :

https://www.kompasiana.com/ekodaryono/5fca863c8ede48686039dbd2/the-power-of-pada-suatu-hari?page=all

Sabtu, 12 Desember 2020

Kata Pengantar untuk Sang Profesor #1

Kata Pengantar untuk Sang Profesor #1

 

KATA PENGANTAR

 

Alhamdulillah, segala puji syukur terucap kepada Allah, tuhan semesta alam. Atas segala rahmat-Nya buku Bundaku akhirnya dapat terwujud dan hadir di hadapan pembaca. Buku yang lahir dari kawah candradimuka yang bernama “Kelas Menulis Buku Inspirasi (MBI)”, komunitas belajar menulis secara online melalui WA Group yang dipelopori oleh Dra. Lilis Ika Herpianti Sutikno, SH.

Kelas Menulis Buku Inspirasi merupakan kelas yang digagas untuk menjalin persaudaraaan, membangun jejaring dalam dunia tulis menulis, saling berbagi, saling memotivasi, saling memberi inspirasi dan akhirnya saling berkolaborasi dalam menghasilkan karya khususnya dalam bentuk buku.

Apresiasi yang setinggi-tingginya patut disematkan atas kesuksesan penerbitan buku ini. Buku yang lahir dari keinginan para penulisnya untuk tiada henti terus berkarya meski berada di tengah pandemi. Kegiatan yang sangat positif tentunya mengisi hari-hari selama masa pandemi dengan menulis. 

Menulis adalah aktivitas rasa yang didasari hati. Saat sebuah tulisan diberi sentuhan hati, maka esensi tulisannya akan sampai ke hati pembacanya juga. Demikian halnya dengan membuat buku yang hakikatnya merupakan kumpulan dari tulisan-tulisan. Selain tersampaikannya pesan yang tertuang dalam buku, dengan membaca isinya dapat memberikan makna bagi para pembacanya.

Buku Bundaku adalah salah satu yang ditulis dengan perasaan hati mendalam. Tulisan di dalam buku ini begitu apik disusun dalam untaian kalimat bermakna, menyentuh perasaan, penuh haru biru, dan menyadarkan pembaca tentang hakikat seorang ibu.

Tulisan dalam buku benar-benar menggambarkan betapa pentingnya peran seorang ibu dalam kehidupan anak-anaknya sedari kecil hingga dewasa. Perjuangan sejak awal melahirkan, mengawal proses tumbuh kembang hingga menanamkan karakter pada anak jelas tergambar dalam buku ini.

Dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa pernah suatu ketika Ibnu Umar melihat seorang penduduk Yaman melakukan thawaf di sekitar ka’bah sambil menggendong ibunya. Orang itu bertanya, “Wahai Ibnu Umar apakah aku telah membalas budi kepadanya?” Ibnu Umar menjawab, “Belum, walaupun setarik napas yang ia keluarkan ketika melahirkan.”(HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad nomor 11)

Tak heran jika para penulis dalam buku ini begitu mengagumi dan membanggakan sosok yang bernama Ibu. Sosok yang diibaratkan “Malaikat Tanpa Sayap” Sosok yang pengorbanannya begitu totalitas dan tidak akan terbalaskan jasanya oleh seorang anak sekalipun selama hidup sang anak selalu ada untuk ibundanya.

Sisi lain dari buku ini bahwa para penulisnya begitu kreatif dalam menuangkan kisah nyata tentang sosok ibu. Hal ini menunjukkan kegiatan menulis itu berproses yang jika ditekuni secara konsisten dapat menghasilkan tulisan seperti yang tertuang dalam buku ini. Tulisan yang tidak hanya enak dinikmati, namun syarat dengan rasa dan makna.

Tak ada gading yang tak retak. Para penulis dalam buku ini telah berusaha sekuat tenaga memberikan berbagai sentuhan rasa, namun semua tidak ada yang sempurna. Karya yang baik membutuhkan proses dan semoga dengan proses itu para penulis akhirnya bisa menghasilkan karya yang sempurna.

Semoga hadirnya buku ini dapat mengobati rasa dahaga di tengah padang kerinduan yang bernama literasi. Selamat membaca dan semoga bermanfaat.

Rabu, 09 Desember 2020

Guru ngeBlog

 


Kelas MBI tak terasa sudah memasuki tengah pekan minggu kedua Desember 2020. Kelas yang memiliki motto “MBI Tanpa Henti Menginspirasi” menampilkan tema yang menarik yakni tentang blog. Hadir sebagai narasumber adalah Bapak Raimundus Brian Prasetyawan, S.Pd. atau biasa dipanggil Pak Brian, seorang penulis, editor, kurator, pegiat literasi nasional sekaligus tenaga pendidik. 

Pak Brian lahir di Jakarta, 30 Juni 1992. Kini tinggal di Bekasi dan berprofesi sebagai guru SD tepatnya di SD Negeri 01 Sumur Batu, Kebayoran, Jakarta Pusat. Memulai aktivitas menulis ketika blog pertamanya (www.praszetyawan.com) dibuat pada 2009. Profilnya pernah dimuat dalam buku berjudul "Majors For The Future" dan selengkapnya dapat dibaca di http://www.praszetyawan.com/p/profil.html

Pak Brian hadir ditemani dengan moderator yang paling aktif di kelas MBI yakni Bapak Sahat Serasi Naibaho, S.Si. Gr, yang juga seorang penulis, editor, kurator, pegiat literasi sekaligus tenaga pendidik di SMP Negeru 2 Dolog Sigumpolon Sumatera Utara. Pak Sahat sendiri sudah menghasilkan banyak karya semenjak bergabung dengan komunitas menulis melalui WA Group.

Pertemuan kali ini serasa spesial karena materinya lain dari biasanya. Jika narasumber sebelumnya lebih teknis ke bagaimana menulis, kali ini Pak Brian akan membawa peserta bagaimana menulis di blog dan apa manfaatnya. Mengawali pertemuan, Pak Sahat mengajak peserta berdo’a yang dipimpin oleh Pak Rahmadi, S.Ag., M.Pd.I, seorang tenaga pendidik dari Kalimantan Selatan.

Pak Sahat mengingatkan kembali aturan kelas yakni ada dua sesi kegiatan yang mana pada sesi 1 adalah pemaparan narasumber dan sesi ke 2 tanya jawab dengan narasumber yang dimoderasi Pak Sahat. Menyambut kehadiran narasumber, ditampilkan Tari Ondel-Ondel dari Jakarta. 

Selesai penyambutan, Pak Sahat mempersilahkan Pak Brian menyampaikan materinya tentang Blog bagi Guru Era 4.0. Mengawali pembicaraan, Pak Brian akan sharing tentang mulai menulis di blog hingga akhirnya diterbitkan menjadi buku. Semua yang disampaikan Pak Brian berdasarkan pengalaman yang pernah dilaluinya.

Pak Brian membuat blog bukan karena suka menulis. Wah…aneh bukan? Biasanya orang membuat blog karena dia suka menulis. Awal membuat blog saat Pak Brian duduk di bangku kelas 3 SMA, pertengahan tahun 2009 karena ajakan teman. Saat itu beliau tidak tahu apa manfaatnya blog, sehingga sempat dibiarkan selama 5 bulan. Hingga akhirnya pada Desember 2009 beliau aktif ngeblog kembali.

Keaktifan ngeblog itupun juga karena ketidaksengajaan. Pak Brian nyasar ke blog seseorang dan dari blog itulah menjadi paham dan tertarik terhadap blog. Akhirnya beliau mulai memposting di blog hingga berlanjut bertahun-tahun menulis diblog. Barulah pada tahun 2013, beliau menyadari asyiknya menulis. Unik ya sobat MBI… dari kurang tertarik dengan menulis menjadi tertarik berkat ngeblog. Oh ya…perlu diketahui bahwa Pak Brian aktif ngeblog di blogspot karena menurut beliau lebih menguasai dan lebih cocok untuk blogger pemula.

Apa sih blog itu?

Menurut Raimundus Brian Prasetyawan (2020:7), blog berasal dari kata Web Blog. Web artinya internet sedangkan blog mempunyai makna catatan. Jadi makna harafiah blog adalah catatan yang ditulis oleh pemiliknya dan dipublikasikan di internet. Jadi intinya blog itu seperti buku untuk mencatat namun berada dalam sebuah website.

Blog (dari kata web log) adalah bentuk aplikasi web yang berbentuk tulisan-tulisan (yang dimuat sebagai posting) pada sebuah halaman web. Tulisan-tulisan ini sering kali dimuat dalam urutan isi terbaru dahulu sebelum diikuti isi yang lebih lama, meskipun tidak selamanya demikian. Situs web seperti ini biasanya dapat diakses oleh semua pengguna Internet sesuai dengan topik dan tujuan dari si pengguna blog tersebut (https://id.wikipedia.org/wiki/Blog).

Blogger atau wordpress?

Blogger atau wordpress sebenarnya sama, sama-sama blog, mudah digunakan dan gratis. Interest-nya tergantung pada blog mana yang pertama kali dikenal. Ada yang nyaman menggunakan blogspot ada juga yang senang mengunakan wordpress. Memang secara umum blogspot lebih cocok untuk pemula sedangkan wordpress cocok untuk blogger yang mau upgrade dan lebih serius ngeblog (berdasarkan pengalaman Pak Brian)

Kenapa menulis di blog?

1.  Fokus pada karya tulis sebagai wadah latihan menulis, mencurahkan isi pikiran dan sharing pengalaman.

2.     Dapat dibaca banyak orang, bahkan yang tidak dikenal sekalipun sehingga bermanfaat untuk orang lain.

3.     Menulis di blog dapat menjaga konsistensi untuk menulis.

Apa saja fitur blog?

Ada beberapa fitur di blog yang membuat kita tetap semangat menulis. Fitur tersebut adalah :

1.     Fitur untuk Menulis

      Blog menyediakan halaman untuk mencurahkan tulisan dan mempostingnya sehingga dapat dibaca oleh banyak orang.

2.     Statistik Jumlah Pengunjung

      Blog dapat menampilkan jumlah pengunjung yang membaca tulisan kita. Tentu membuat semangat ketika jumlah pengunjung terus meningkat dan menjadi motivasi tersendiri untuk menulis, karena ingin tulisan kita dibaca banyak orang.

3.     Kolom komentar

   Fitur komentar memungkinkan kita berinteraksi dengan pembaca postingan blog. Hal yang menyenangkan ketika tulisan kita dikomentari orang lain. Tentu saja komentar yang disampaikan harus sesuai dengan tulisan kita, tidak hanya "bagus", "keren", atau "mantap". Jika ada kritik atau saran justru lebih bagus sehingga menjadi sarana untuk perbaikan tulisan kita ke depannya. Menjadi sebuah apresiasi tersendiri dan menambah motivasi.

4.     Fitur Label

      Di blog juga ada fitur label (kategori) yang berfungsi untuk mengelompokkan tulisan berdasarkan tema tertentu

 

Pada dasarnya blog mudah membuat dan menggunakannya yang sulit adalah mempertahankan konsistensi menulis di blog. Kadang di awal-awal semangat, namun beberapa tahun kemudian mulai menghilang

Bagaimana cara membuat blog?

Bagi yang mau membuat blog, caranya dapat dilihat di https://www.praszetyawan.com/2020/04/cara-membuat-blog-di-bloggercom-terbaru.html Melalui tutorial tersebut, kita dapat mempraktikkannya sendiri. Sebagai ajang penambah semangat yakni bergabung dengan komunitas seperti MBI ini karena bisa saling berbagi dan mensupport.

Bagaimana membukukan tulisan yang ada di blog ?

Kalau tulisan di blog sudah banyak, tentu bisa dibukukan. Dalam hal inilah fitur Label pada blog menjadi penting. Misalnya postingan-postingan yang masuk di kategori best practice, nantinya bisa dibukukan menjadi buku best practice. Lebih lengkap cara membukukan tulisan di blog dapat dibaca pada https://www.praszetyawan.com/2020/06/membukukan-tulisan-di-blog.html

Karya Pak Brian

Buku pertama karya Pak Brian yang berisi tutorial membuat dan menggunakan blog dan lebih kepada penggunaan blog sebagai media pembelajaran daring. Meski demikian bisa juga untuk umum karena memang ada bagian-bagian yang bisa dipelajari untuk umum.

Buku kedua berisi kumpulan artikel yang berasal dari blog praszetyawan.com dan blog gurusiana. Pak Brian memilah yang sesuai dengan tema buku yaitu literasi. Sebagian lainnya merupakan tulisan baru yang belum pernah diposting ke blog. Berkat fitur label dalam blog maka begitu mudah untuk memilah tema tulisan.

Buku solo ketiga Pak Brian berjudul “Menerjang Tantangan Menulis Setiap Hari” berisi tentang best practice, aktivitas di sekolah, dan opini pendidikan. Tulisan-tulisan itu beliau buat ketika mengikuti program tantangan menulis setiap hari yang diadakan gurusiana.

Meski masih baru di dunia menulis karena buku pertama terbit Januari 2020, namun sudah banyak karya yang dihasilkan.  Pak Brian jujur mengakui bahwa masih harus banyak belajar dalam menulis khususnya dari segi penulisan juga masih perlu ditingkatkan.

Simak resep menulisnya Pak Brian berikut ini :

“Saya menulis ya menulis saja. Mencurahkan isi pikiran. Jadi bisa dibilang tulisan saya seadanya. Kita tidak perlu menunggu ide/kejadian hebat untuk bisa menulis. Saya memiliki prinsip, hal biasa yang kita lakukan/alami bisa jadi dianggap luar biasa bagi orang lain. Maka hal yang paling mudah ditulis adalah pengalaman/aktivitas sehari-hari di rumah atau di tempat kerja. Apalagi jika sebagai guru, tentu punya banyak cerita.”

Kesimpulan yang disampaikan Pak Brian sebelum mengakhiri pertemuan bahwa : "Membuat dan menggunakan blog itu mudah. Yang sulit adalah konsistensi menulisnya. Kemudian tulisan yang kita anggap biasa, bisa jadi luar biasa bagi orang lain. Maka percaya diri saja pada tulisan kita sendiri."

Pertemuan diakhiri dengan doa penutup yang dipimpin Pak Rahmadi dari Kalimantan Selatan.

Akhirnya selamat ngeblog dan jemputlah mimpimu menjadi penulis yang mendunia. 

Selasa, 08 Desember 2020

Puisi Diujung Senja

Puisi Diujung Senja

 Persembahan untuk Bunda Kanjeng atau Bunda Astuti atau Dra. Sri Sugiastuti, M.Pd.


*Diujung senja*

 

Diujung senja……

Sang surya berbinar terkesima …

Pada raga yang tak lagi muda…

Pada rasa yang hanya sekuat kaca ….

Pada jiwa yang beranjak hampa …

Pada asa yang tak lagi perkasa….

 

Di ujung senja ……

Jemarimu semakin lincah berkiprah

Tanganmu kokoh menorehkan pena keabadian

Tekadmu mampu meruntuhkan keraguan

Pikiranmu begitu kuat mengikat

Pandanganmu menerabas ruang tanpa batas

Hatimu tak rela ide cemerlang hilang

Jiwamu tak rela nama hilang ditelan masa

 

Di ujung senja …..

Meski berselimut malam, kau pahat apa yang engkau lihat

Meski ber-anting petir, kau sasar apa yang engkau dengar

Meski berkerudung kalut, kau ukir apa yang engkau pikir

Meski berjubah hampa, kau buat bermakna apa yang engkau rasa

Engkau terus berlari wujudkan mimpi …..

Engkau terus berkarya panjangkan usia ….

Engkau terus merajut asa tanpa putus asa

Engkau terus torehkan karya keabadian ….

Engkau akan terus nyata dalam perjalanan masa  ….

 

Sang Pena Lereng Lawu

8 Desember 2020

Menulis Kisah Inspirasi


Kelas MBI kembali beraktivitas selepas hari Sabtu dan Minggu rehat memberikan waktu kepada nara sumber dan peserta beristirahat. Awal pekan kedua Desember 2020, menghadirkan nara sumber, motivator, inspirator sekaligus Kepala Sekolah MBI Dra. Lilis Ika Herpianti Sutikno, SH atau yang terkenal dengan nama Bunda Lilis Sutikno. Tentunya sudah tidak asing lagi dengan Bunda yang satu ini, karena selain dikenal dengan passionnya “Menulis Semudah Ceplok Telur” beliau adalah penulis buku best seller “Guru adalah Inspirasi”.

Buku tersebut sudah melanglang hampir di seluruh nusantara dan bahkan go public ke Florida AS, Jazirah Arab, Singapura, Malaysia, China, Hongkong, Taiwan, Denmark dan Jepang. Sungguh membanggakan tentunya bisa menulis buku best seller. Oleh karena itu, Bunda Lilis dengan kerendahan hatinya berbagi di kelas MBI.

Kegiatan kelas dipandu moderator hebat Bapak I Nengah Suradnya, S.Pd., M.Pd., Kepala SMP N 1 Bajarangkan Bali, Ketua PGRI Kab. Bajarangkan sekaligus penulis buku “Berbagi itu Indah”. Kegiatan kelas MBI diawali dengan doa yang dipimpin oleh Ibu Nophia  dr NTT. Dilanjutkan pemutaran video tentang Flobamora, Bae Sonde Bae Tanah Timor Lebe Bae, untuk menyambut kehadiran sang narasumber.

Meskipun Bunda Lilis orang Jawa, namun tanah Timor lebih baik untuk beliau. Selain terikat perkawinan dengan orang Flores NTT asli, jiwa dan inspirasi Bunda Lilis NTT banget.... Hal ini tergambar dan tersirat pada prestasinya membawa nama harum NTT sebagai Juara Kedua, dalam lomba MY TEACHER MY HERO AWARD INDONESIA DIGITAL LEARNING PADA TAHUN 2015. Sungguh merupakan dedikasi dan pengabdian yang luar biasaa. Memajukan daerah di NTT dengan segala inspirasi dan prestasinya. Kiprah beliau yang telah menyatukan dua jiwa, asal dari Jawa tapi asli NTT... Sungguh Amazinggg....!!!!

Selepas kegiatan dimulai, salah seorang peserta kelas MBI dengan passion “Sang Pena Lereng Lawu” memberi kejutan Bunda Lilis dengan mempersembahkan puisi sebaga berikut :

 

PRIBADIMU BUNDA

 

Bahagia dengan selalu berbagi

Ulurkan tangan memberi inspirasi

Nasehatmu tenangkan hati

Doa’mu selalu menyertai

Arif bijaksana dalam menyikapi

 

Lemah lembut nada bicaramu

Ikhlas dalam membagi ilmu 

Luas bak samudera wawasanmu

Impianmu, kami melebihi dirimu

Semangat mengilhami setiap waktu  

 

Sabar dalam memberikan bimbingan

Utamakan selalu kepedulian

Teguh dalam setiap pendirian

Inspiratif dengan keteladanan

Kiprahmu menggelorakan jiwa

Nyata dalam setiap karya

Orientasi dunia akhirat dalam berkarya


Sang Pena Lereng Lawu

07 Desember 2020

 

 

Puisi di atas merupakan puisi inspirasi yang menggambarkan kepribadian Bunda Lilis yang tak henti berbagi, tak malas berjuang secara ikhlas, tak segan untuk berkorban sehingga kelas MBI dapat terlaksana. Kelas yang memiliki motto “MBI Tanpa Henti Menginspirasi”. Kelas yang baru seumur jagung namun sudah banyak melahirkan para penulis buku solo maupun antologi, dengan puluhan karya. Diantaranya adalah buku antologi Kisah Inspirasi.


Selanjutnya Bunda Lilis menyajikan materi tentang Menulis Kisah Inspiratif. Bukan tanpa alasan beliau menyampaikan materi tersebut. Akhir-akhir ini, dunia perbukuan diramaikan dengan berbagai true story yang isinya serangkaian kisah inspiratif dari para penulisnya. Sebuah buku yang berisi kisahnya nyata dengan tema seperti perjuangan ketika menjemput jodohnya, hijrah, perjuangan penulis untuk hamil dan mendapatkan momongan, maupun tema yang dekat dengan kehidupan sehari-hari lainnya. Pembaca dapat menyimak kisah-kisa tersebut dalam dua buku kisah inspirasi di atas.

Materi diawali dengan challenge berupa pertanyaan Bunda Lilis tentang “Apa sih yang dimaksud dengan kisah inspiratif itu?” Kisah inspiratif adalah sebuah kisah yang didalamnya mengandung muatan nilai positif dan memberikan inspirasi. Pembaca mendapatkan pencerahan atau seolah menemukan sesuatu yang membuka pikirannya dengan membaca kisah tersebut. Inspirasi yang diperoleh bisa berupa jalan keluar atas sebuah persoalan atau solusi terkait masalah yang dihadapi melalui tokoh dalam kisah inspirasi tersebut.

Apakah setiap kisah harus ada kandungan insipirasinya? Tidak harus, namun faktanya kisah yang ada nilai inspirasinya lebih disukai oleh pembaca. Artinya, penulis tidak sibuk dengan dirinya sendiri dalam menulis, melainkan dapat mentransfer sesuatu yang bermakna bagi pembaca. Ada sesuatu yang bisa diperoleh pembaca setelah membaca kisahnya.

Berarti harus bisa menuliskan kisah yang istimewah, ya?... Sebuah kisah tidak harus sesuatu yang eksklusif atau istimewa. Peristiwa sehari-hari pun dapat menginspirasi pembaca. Tidak harus menyamakan diri dengan kisah inpirasi dari biografi orang-orang sukses atau tokoh dunia. Bahkan inspirasi bisa didapatkan kapan saja dan di mana saja, dan juga tidak harus ditulis oleh orang yang sudah sukses dan kaya. Tulisan inspirasi bisa ditulis orang yang baru mengalami kebangkrutan bisnisnya, orang yang baru patah hati atau dalam kondisi yang kurang. Hal yang sederhana juga bisa menginspirasi, karena inspirasi itu terkait dengan alam batiniah penulisnya yang dapat menggerakkan hati pembacanya”. 

Salah satu contoh menulis inspirasi kala patah hati melanda, seperti puisi karya Bunda Lilis Sutikno berikut.

SAJADAH PANJANG


Ya Allah . . .

Kubentangkan sajadah panjangku tuk menghadap kepada-Mu

Aku pasrahkan seluruh hidup dan matiku pada-Mu Ya Rabb

Dalam diam aku berdzikir mengharap ridho-Mu Ya Rabb

Dalam diam aku berharap banyak dari-Mu Ya Allah Rabb-ku

Dalam diam aku langitkan nama indah itu pada Allah Rabb-ku

Dalam diam aku terisak ingat kamu di atas sajadah panjangku

Dalam diam aku mengaharap keajaiban itu berpihak padaku

Dalam diam aku sampaikan mimpiku tentangmu kepada Allah Rabb-ku

Dalam diam aku memanggil namamu di atas sajadah panjangku

Dalam diam aku terisak menyayat pilu dihadapan Allah Rabb-ku

Dalam diam meleleh air mataku merindukan dirimu ada untukku

Dalam diam aku tetap terdiam di atas sajadah panjangku . . .

Dalam diam aku sangat jatuh cinta padamu

Dalam diam aku semakin rindu padamu

Dalam diam Tuhan tolonglah aku

Lenyapkanlah dia dari hatiku

Aamiin . . .

Puisi di atas berkisah tentang rasa patah hati yang dialami Lilis Sutikno, seorang perempuan yang memiliki perasaan lemah lembut pada umumnya kaum hawa. Patah hati yang membuat luka menyayat dalam hati melalui bait :

Dalam diam aku mengaharap keajaiban itu berpihak padaku

Dalam diam aku sampaikan mimpiku tentangmu kepada Allah Rabb-ku

Dalam diam aku memanggil namamu di atas sajadah panjangku

Dalam diam aku terisak menyayat pilu dihadapan Allah Rabb-ku

Dalam diam meleleh air mataku merindukan dirimu ada untukku

Betapa patah hati itu sangat dalam terasa, hingga keajaiban pun dimintanya. “Aku memanggil namamu di atas sajadah panjangku” menggambarkan keputusasaan yang mendalam, hingga di atas sajadah panjang (di saat beribadah kepada-Nya) pun memanggil namanya. Hingga akhirnya keputusasaan pada puncaknya melalui bait Lenyapkanlah dia dari hatiku. Namun masih ada kesadaran dalam jiwa untuk “Aku pasrahkan seluruh hidup dan matiku pada-Mu Ya Rabb”

Mendalami makna puisi di atas, rasanya tidak percaya bahwa seorang Lilis Sutikno dengan paras cantik jelita pernah berada di dasar samudera kesedihan karena patah hati. Bersyukur kiranya di dalam samudera kesedihan masih terdampar di sajadah panjang (masih mengingat Illahi). Meski dilanda rasa putus asa, namun masih ada kuasa untuk berpasrah diri mengembalikan semua takdir kepada Ilahi. Takdir yang mengukir garis hidupnya sesuai catatan Allah di Lauh Mahfuz.

Makna inspirasi dari kisah di atas bahwa patah hati membuat rasa hati sedih tak terperi hingga hancur menjadi debu. Apalagi bagi seorang perempuan, patah hati memiliki efek yang luar biasa. Patah hati dapat menjatuhkannya dari langit keterpurukan, mengurungnya dalam kehampaan, membawanya ke dalam lembah keputusasaan, melemparkannya dalam jurang kesengsaraan, menenggelamkannya dalam samudera kesedihan, bahkan memasukannya dalam himpitan kebinasaan. Namun saat kita kembalikan kesadaran bahwa semua berjalan atas kehendak-Nya serta ikhlas menjalaninya maka penderitaan apapun (termasuk patah hati) dapat memberikan hikmah seperti menjadikan kita dekat dengan Illahi. Hal ini menggambarkan batin seseorang yang sabar dan tawadu' pada garis nasib yang telah digariskan Allah padanya.

Bukan munafik, jika kita sangat dekat atau selalu mengingat-Nya saat kita mengalami kesusahan atau kepedihan hidup. Penderitaan seberat apapun asalkan dihadapi dengan landasan iman maka akan mendapatkan jalan. Di balik patah hati masih ada hati lain yang memberi harapan akan indahnya cinta sejati. Di balik setiap peristiwa selalu ada makna, karena Sang Pencipta tidak pernah mencipta segala sesuai dengan sia-sia dan dengan segala Maha Kasih-Nya pasti akan memberi pertolongan pada hamba-Nya. 

Apakah kisah inspiratif harus yang baik-baik saja? Tentu tidak demikian juga. Kisah inspiratif tidak monoton menceritakan bagaimana sesuai yang buruk berakhir dengan baik, namun bisa sebaliknya. Sebagai contoh dalam al-Qur’an terdapat banyak kisah-kisah inspiratif. Ada yang kisahnya baik dan ada juga yang kisahnya buruk. Keduanya sama-sama punya hikmahnya. Keduanyapun bisa menjadi peringatan untuk pembaca.

Tuhan memberikan kisah positif agar kita termotivasi.

Lalu, Tuhan memberikan kisah negatif, agar kita lebih waspada.

Kita bisa menggunakan kedua cara tersebut saat menulis. 

Tentang ide kisah inspiratif, bisa datang dari mana saja. Sekali lagi, jangan terlalu pusing untuk memikirkan ide-ide besar. Semua bisa mulai dari ide-ide kecil, terutama dari apa yang dialami sehari-hari. Hal itu dapat menjadi modal utama untuk menulis kisah inspiratif. Alasannya jelas, yakni lebih mudah untuk dikisahkan karena kita sendiri yang mengalami dan merasakan emosinya. Misalnya, kita gagal saat mengikuti ujian pegawai negeri, itu jadi bahan tulisan inspiratif. Atau, kisah ketika kita biasa memberikan sebuah daster kepada ibu dengan uang hasil dari kerja keras

Point utamanya bukan masalah besar kecilnya ide, namun ide sederhana jika dituliskan dengan menarik dan penuh rasa bisa menjadi inspirasi luar biasa bagi pembaca”.


Bagaimana tahapan penulisan kisah inspiratif?

Pertama, tentukan dulu nilai apa yang ingin disampaikan kepada pembaca. Apakah nilai tentang pentingnya kejujuran, kegigihan saat berjuang meraih impian, penerimaan yang tulus atas kekgagalan, atau yang lain. Satu kisah cukup memilih satu nilai saja hendak disampaikan. Nilai itulah yang nantinya tersirat di dalam kisah yang kita tulis. Tujuannya akan kisahnya fokus sehingga mudah untuk ditulis

Kedua, tentukan konflik yang sesuai dengan nilai tersebut agar ada ketersambungan antara apa yang kita alami sebagai tokoh dengan nilai yang hendak disampaikan. Konflik ini memegang peran utama dalam penyampaian nilai secara halus. Cukup buat satu konflik utama dan bisa menjadi jendela terbukanya inspirasi bagi pembaca.

Ketiga, apa yang dialami tokoh, bagaimana karakternya, plot dan alur kisahnya, latarnya, dan semua unsur cerita dapat benar-benar mengantarkan nilai yang sudah kita tentukan sampai pada pembaca. Sehingga, ketika cerita sampai di ending, pembaca merasakan gereget cerita sekaligus menangkap nilai inspirasi tersebut. Jadi kuncinya seluruh unsur cerita digunakan untuk menyampaikan nilai inspirasinya 

Ketiga hal di atas yang menjadi pembeda antara kisah inspirasi dengan diary (catatan harian). Menulis diary nilai keutamaannya untuk melupakan perasaan secara acak.  Diary boleh saja tidak beraturan ketika menulisnya, maksudnya tanpa plot yang jelas. Asalkan sudah diluapkan dalam tulisan dan penulisnya merasa plong, hasil tulisannya hanya sebatas bentuk luapan perasaan semata. Kadang diary disimpan sendiri dan tidak untuk dibaca orang lain, kan? Jadi tulisan diary lebih cenderung untuk meluapkan perasaan dan pikiran, bukan bertujuan menyampaikan pesan tertentu kepada orang lain.

Bunda Lilis memberikan contoh kronologi kisah inspirasi dari tulisan Pak Eko dalam buku “berbagi Kisah Inspirasi Menuju Sukses”

Adegan opening:
Cerita masa kecilnya yang susah, SENGSARA yang membawa NIKMAT
Adegan rintangan : 1
Berusaha terus menjalani hidupnya dengan ikhlas
Adegan rintangan : 2
Bekerja keras untuk belajar dengan temaramnya lampu teplek di lereng gunung Lawu
Adegan rintangan : 3
Menceritakan miskinnya Bapak yang jadi guru zaman old
Adegan rintangan : 4
Bangun tengah malam bukan untuk tahajud, melainkan pergi ambil air minum sejauh 5 km.
Adegan rintangan : 5
Kesekolah tanpa alas kaki
Adegan rintangan : 6
Pak Eko menjadi penggembala kambing
Adegan ending :
Keberhasilan Pak Eko telah meraih Sarjana S1 TIKOM dan menjadi ASN Guru di SMPN 3 Mojolaban Sukoharjo dan sukses pula menjadi editor buku juga penulis buku berbakat.

Selama kegiatan berlangsung, Bunda Lilis memberikan chalenge kepada para peserta MBI dengan reward doorprize yang dikirim langsung beliau.

Chalenge 1 menjawab pertanyaan, “1. Apa sih yang dimaksud dengan kisah inspiratif itu?” (terpilih dua pemberi jawaban terbaik)
Chalenge 2 menjawab pertanyaan, “Setelah mencermati puisi Sajadah Panjang, kira-kira nilai inspirasinya apa?” (terpilih dua pemberi jawaban terbaik)
Chalenge 3 menyebutkan quote dari Sang Pena Lereng Lawu (tidak ada yang menjawab dengan benar)
Chalenge 4 penanya terbaik dalam kelas MBI (terpilih 6 penanya terbaik)

Pada akhir kegiatan, Bunda Lilis membagikan video motivasi kepada peserta MBI. Nilai kehidupan dari video berikut ini bahwa teruslah melaju untuk menginspirasi meskipun di sekeliling kita ada orang yang merasa iri, dengki, sirik dengan apa yang telah kita raih. 

Kegiatan kelas ditutup dengan berdoa bersama dipimpin oleh ibu Nophia dari NTT. Sungguh pengalaman yang tak kan terlupakan, belajar bersama Bunda Lilis Sutikno, Ibu Guru Cantik, Guru Inspirasi Dunia.

Salam MBI salam literasi !