Sabtu, 12 Desember 2020

Kata Pengantar untuk Sang Profesor #1

 

KATA PENGANTAR

 

Alhamdulillah, segala puji syukur terucap kepada Allah, tuhan semesta alam. Atas segala rahmat-Nya buku Bundaku akhirnya dapat terwujud dan hadir di hadapan pembaca. Buku yang lahir dari kawah candradimuka yang bernama “Kelas Menulis Buku Inspirasi (MBI)”, komunitas belajar menulis secara online melalui WA Group yang dipelopori oleh Dra. Lilis Ika Herpianti Sutikno, SH.

Kelas Menulis Buku Inspirasi merupakan kelas yang digagas untuk menjalin persaudaraaan, membangun jejaring dalam dunia tulis menulis, saling berbagi, saling memotivasi, saling memberi inspirasi dan akhirnya saling berkolaborasi dalam menghasilkan karya khususnya dalam bentuk buku.

Apresiasi yang setinggi-tingginya patut disematkan atas kesuksesan penerbitan buku ini. Buku yang lahir dari keinginan para penulisnya untuk tiada henti terus berkarya meski berada di tengah pandemi. Kegiatan yang sangat positif tentunya mengisi hari-hari selama masa pandemi dengan menulis. 

Menulis adalah aktivitas rasa yang didasari hati. Saat sebuah tulisan diberi sentuhan hati, maka esensi tulisannya akan sampai ke hati pembacanya juga. Demikian halnya dengan membuat buku yang hakikatnya merupakan kumpulan dari tulisan-tulisan. Selain tersampaikannya pesan yang tertuang dalam buku, dengan membaca isinya dapat memberikan makna bagi para pembacanya.

Buku Bundaku adalah salah satu yang ditulis dengan perasaan hati mendalam. Tulisan di dalam buku ini begitu apik disusun dalam untaian kalimat bermakna, menyentuh perasaan, penuh haru biru, dan menyadarkan pembaca tentang hakikat seorang ibu.

Tulisan dalam buku benar-benar menggambarkan betapa pentingnya peran seorang ibu dalam kehidupan anak-anaknya sedari kecil hingga dewasa. Perjuangan sejak awal melahirkan, mengawal proses tumbuh kembang hingga menanamkan karakter pada anak jelas tergambar dalam buku ini.

Dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa pernah suatu ketika Ibnu Umar melihat seorang penduduk Yaman melakukan thawaf di sekitar ka’bah sambil menggendong ibunya. Orang itu bertanya, “Wahai Ibnu Umar apakah aku telah membalas budi kepadanya?” Ibnu Umar menjawab, “Belum, walaupun setarik napas yang ia keluarkan ketika melahirkan.”(HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad nomor 11)

Tak heran jika para penulis dalam buku ini begitu mengagumi dan membanggakan sosok yang bernama Ibu. Sosok yang diibaratkan “Malaikat Tanpa Sayap” Sosok yang pengorbanannya begitu totalitas dan tidak akan terbalaskan jasanya oleh seorang anak sekalipun selama hidup sang anak selalu ada untuk ibundanya.

Sisi lain dari buku ini bahwa para penulisnya begitu kreatif dalam menuangkan kisah nyata tentang sosok ibu. Hal ini menunjukkan kegiatan menulis itu berproses yang jika ditekuni secara konsisten dapat menghasilkan tulisan seperti yang tertuang dalam buku ini. Tulisan yang tidak hanya enak dinikmati, namun syarat dengan rasa dan makna.

Tak ada gading yang tak retak. Para penulis dalam buku ini telah berusaha sekuat tenaga memberikan berbagai sentuhan rasa, namun semua tidak ada yang sempurna. Karya yang baik membutuhkan proses dan semoga dengan proses itu para penulis akhirnya bisa menghasilkan karya yang sempurna.

Semoga hadirnya buku ini dapat mengobati rasa dahaga di tengah padang kerinduan yang bernama literasi. Selamat membaca dan semoga bermanfaat.

Previous Post
Next Post

0 komentar: