KATA PENGANTAR
Alhamdulillah,
segala puji syukur terucap kepada Allah, tuhan semesta alam. Atas segala
rahmat-Nya buku Bundaku akhirnya dapat terwujud dan hadir di hadapan pembaca.
Buku yang lahir dari kawah candradimuka yang bernama “Kelas Menulis Buku
Inspirasi (MBI)”, komunitas belajar menulis secara online melalui WA Group yang
dipelopori oleh Dra. Lilis Ika Herpianti Sutikno, SH.
Kelas Menulis
Buku Inspirasi merupakan kelas yang digagas untuk menjalin persaudaraaan, membangun
jejaring dalam dunia tulis menulis, saling berbagi, saling memotivasi, saling
memberi inspirasi dan akhirnya saling berkolaborasi dalam menghasilkan karya
khususnya dalam bentuk buku.
Apresiasi
yang setinggi-tingginya patut disematkan atas kesuksesan penerbitan buku ini.
Buku yang lahir dari keinginan para penulisnya untuk tiada henti terus berkarya
meski berada di tengah pandemi. Kegiatan yang sangat positif tentunya mengisi
hari-hari selama masa pandemi dengan menulis.
Menulis
adalah aktivitas rasa yang didasari hati. Saat sebuah tulisan diberi sentuhan
hati, maka esensi tulisannya akan sampai ke hati pembacanya juga. Demikian
halnya dengan membuat buku yang hakikatnya merupakan kumpulan dari
tulisan-tulisan. Selain tersampaikannya pesan yang tertuang dalam buku, dengan
membaca isinya dapat memberikan makna bagi para pembacanya.
Buku Bundaku
adalah salah satu yang ditulis dengan perasaan hati mendalam. Tulisan di dalam
buku ini begitu apik disusun dalam untaian kalimat bermakna, menyentuh
perasaan, penuh haru biru, dan menyadarkan pembaca tentang hakikat seorang ibu.
Tulisan dalam
buku benar-benar menggambarkan betapa pentingnya peran seorang ibu dalam
kehidupan anak-anaknya sedari kecil hingga dewasa. Perjuangan sejak awal
melahirkan, mengawal proses tumbuh kembang hingga menanamkan karakter pada anak
jelas tergambar dalam buku ini.
Dalam suatu
riwayat dikisahkan bahwa pernah suatu ketika Ibnu Umar melihat seorang penduduk
Yaman melakukan thawaf di sekitar ka’bah sambil menggendong ibunya. Orang itu bertanya, “Wahai Ibnu Umar apakah aku telah membalas budi kepadanya?” Ibnu
Umar menjawab, “Belum, walaupun setarik napas yang ia keluarkan ketika
melahirkan.”(HR. Bukhari dalam Adabul
Mufrad nomor 11)
Tak heran
jika para penulis dalam buku ini begitu mengagumi dan membanggakan sosok yang
bernama Ibu. Sosok yang diibaratkan “Malaikat Tanpa Sayap” Sosok yang
pengorbanannya begitu totalitas dan tidak akan terbalaskan jasanya oleh seorang
anak sekalipun selama hidup sang anak selalu ada untuk ibundanya.
Sisi lain
dari buku ini bahwa para penulisnya begitu kreatif dalam menuangkan kisah nyata
tentang sosok ibu. Hal ini menunjukkan kegiatan menulis itu berproses yang jika
ditekuni secara konsisten dapat menghasilkan tulisan seperti yang tertuang
dalam buku ini. Tulisan yang tidak hanya enak dinikmati, namun syarat dengan
rasa dan makna.
Tak ada gading yang tak retak. Para penulis dalam buku ini telah berusaha sekuat tenaga memberikan berbagai sentuhan rasa, namun semua tidak ada yang sempurna. Karya yang baik membutuhkan proses dan semoga dengan proses itu para penulis akhirnya bisa menghasilkan karya yang sempurna.
Semoga
hadirnya buku ini dapat mengobati rasa dahaga di tengah padang kerinduan yang
bernama literasi. Selamat membaca dan semoga bermanfaat.
0 komentar: