MENGUKIR PRESTASI MEMAHAT PRASASTI
Mulanya biasa saja
Kita saling bersua
Di kelas lewat WA
Semua biasa saja
Tak pernah kubayangkan
Dijapri Bunda Lilis
Tulis Kisah Inspirasi
Menyatu dalam mimpi
Malam Rabu begini
Aku memoderasi
Menemani Pak Sahat
Mengobarkan Semangat
Ditemani sang istri
Memberi
inspirasi
Di dalam kelas ini
Akhirnya ku Berbagi
Lirik di atas saya gubah dari lagu “Mulanya
Biasa Saja” ciptaan Pance Pondaag dan dibawakan aktris sekaligus penyanyi
Meriam Bellina. Lagu itu cocok untuk menggambarkan kondisi saya saat mengikuti
WAG Menulis Buki Inspirasi.
Ya, awalnya memang biasa saja bergabung dalam kelas menulis
online melalui WA Grup. Pertama kali mengenal kelas menulis online melalui web
PGRI Pusat yang akhirnya membawa saya mengikuti Kelas Menulis Gratis Omjay.
Berada dalam kelas tersebut bertemulah saya dengan para peserta dan nara sumber
seantero nusantara. Permulaan kelas sempat bingung dan hampir keluar dari group
karena tidak seperti yang saya harapkan.
Meski pertemuan pertama kurang begitu menggoda, tapi selanjutnya
terserah Anda. Ibarat minum secangkir kopi, lama kelamaan akhirnya nikmat juga.
Itulah yang saya rasakan kemudian. Kelas pun saya ikuti sampai selesai. Tak
cukup sampai di situ, saking nikmatnya, kelas-kelas menulis online lainnya saya
ikuti. Tercatat hingga saat ini di HP saya ada enam grup menulis online yang
saya ikuti.
Nah, di kelasnya Omjay itulah saya mengikuti materinya Ibu Dra.
Lilis Ika Herpianti Sutikno, SH., dengan materi Menulis Inspirasi. Beliau
memberikan tantangan menulis resume dari materi yang dipaparkan beliau. Saya
nyaris tidak mengikuti tantangan tersebut, karena di awalnya tantangan hanya
diberikan kepada pembuat dan pengirim resume tercepat. Saya sadar kalau harus
cepat, kalah deh sama para penulis hebat lainnya. Soalnya, selama mengikuti
kelas ini, pasti sudah ada standby yang mengirimkan resume begitu nara sumber
selesai memaparkan materinya.
Namun, ternyata takdir memang harus mempertemukan saya lebih
dekat dengan Bunda Lilis, panggilan Ibu Dra. Lilis Ika Herpianti Sutikno, SH.
Melalui chat WA yang beliau share, syarat tantangan tidak lagi pengirim resume
tercepat, tapi terbaik. Iseng-iseng coba mengikuti tantangan dengan mengirimkan
tulisan berjudul “BUNDA LILIS SUTIKNO: SANG PENDEKAR MENULIS INSPIRATIF DARI
NTT’. Naskah lengkapnya dapat dibaca di blog : http://maseko1275.blogspot.com/2020/08/bunda-lilis-sang-pendekar-menulis.html.
Respon inilah yang membuat saya makin aktif menulis di blog saya
(blogger, wordpress dan kompasiana), meskipun sifat tulisan hanya remeh temeh. Berusaha
keluar dari zona nyaman, karena selama ini banyak membuat buku dan tulisan yang
cenderung ilmiah.
Sang mentari pun terus bergulir menjalankan tugasnya, memutar
waktu mengganti hari. Hingga tibalah waktu sore hari menjelang magrib tanggal
23 Agustus 2020. Saat membuka handphone, ada grup baru dengan nama MENULIS BUKU
INSPIRASI menambahkan saya sebagai salah satu anggota grup. Grup itu yang ternyata
dibentuk oleh Bunda Lilis karena saya telah mengisi form menulis buku antologi
tentang kisah inspirasi. Ooo..ternyata itu dasar saya dimasukkan dalam grup.
Bagi saya memang wajar, karena sebelumnya saya juga dimasukkan dalam dua grup
menulis buku antologi.
Senin malam, 24 Agustus 2020 kegiatan kelas online pun di mulai.
Bunda Lilis selaku inisiator menjadi nara sumber pada malam itu. Beliau
didampingi Bapak Sahat Serasi Naibaho,S.Si.,Gr., yang berprofesi sebagai tenaga pendidik
mata pelajaran IPA di SMPN 2 Dolok Sigompulon, Padang Lawas Utara, Sumatera
Utara.
Sama saat menjadi
nara sumber di kelasnya Omjay, Bunda Lilis menyajikan materi dengan penuh
semangat dan memotivasi. Materi yang disampaikannya pun juga menarik, yakni
tentang Cara Praktis Menulis. Hasil resume pertemuan itu saya abadikan dalam
blog http://maseko1275.blogspot.com/2020/08/berguru-menulis-inspirasi-daripegiat.html.
Selesai penyajian
materi, saya beristirahat sejenak setelah seharian menjalankan aktivitas hari
Senin yang begitu padat. Saya mengobrol dengan anak kedua saya tentang tugas
daring di sekolahnya. Berselang beberapa menit kemudian ada notifikasi di
handphone saya. Setelah saya buka ada grup baru menambahkan saya yakni grup
“RUANG RAPAT NARASUMBER”. Ternyata Bunda Lilis yang membuat grupnya.
Grup yang kedua ini
sesaat membuat saya bertanya-tanya karena hanya ada empat anggota yaitu Bunda
Lilis, Pak Sahat, Pak Nengah dan saya sendiri. Mengapa saya dimasukkan dalam
ruang rapat narasumber? Apa hubungan saya dengan nara sumber? Apa peran saya di
grup ini? Sejurus kemudian, pertanyaan itu terjawab oleh sapaan Bunda Lilis di
grup “Selamat malam para Narasumber hebat”.
Saya tertegun oleh
sapaan itu karena sebelumnya tidak ada pemberitahuan apapun soal moderator, narasumber atau
sejenisnya. Sesaat kemudian Bunda Lilis makin membuat saya tambah tertegun. Beliau chat
“Besok Pak Sahat narasumber dan di bantu Pak Eko Moderator”. Beliau memberi tugas
agar Selasa malam, 25 Agustus 2020 saya menjadi moderator menemani Pak Sahat.
Belum hilang rasa dalam dada, Bunda Lilis menulis chat “Kamis Pak Eko
Narasumber... di bantu Pak I Negah yaa?...”. Membaca chat itu sontak hati
kecilku berkata “Ya Allah, anugerah apa yang sedang Engkau berikan padaku”.
Bergejolak rasa dalam hati antara bahagia dan was-was. Bahagia karena mendapat
kesempatan untuk menjadi moderator dan nara sumber kelas menulis, dimana
sebelumnya saya hanya duduk sebagai peserta. Was-was karena saya belum pernah
menjadi moderator ataupun nara sumber di kelas online menggunakan chat WA.
Maklum saja, saya kurang familier menulis chat dan lebih banyak menjadi
penyimak saja.
Bagi saya itu adalah tantangan yang harus dijawab. Mendapat tugas tersebut,
saya buka kembali chat dari kelas menulis sebelumnya. Dari situlah saya belajar
instan cara dan gaya menjadi moderator maupun nara sumber. Chat dari para
moderator saya simak perlahan-lahan untuk menemukan gaya yang paling
komunikatif. Berbekal ilmu instan tersebut, akhirnya saya melaksanakan tugas
dari Bunda Lilis.
Selasa malam, 25 Agustus 2020 pukul 19.10 WIB saya melaksanakan tantangan
pertama menjadi moderator. Awalnya memang canggung karena harus menulis segalanya
di chat WA. Saya berusaha sekomunikatif mungkin dengan mengawali mengucapkan
salam pembuka, memperkenalkan diri saya dan nara sumber. Saya juga menyampaikan
kepada para peserta bahwa kegiatan terbagi menjadi dua sesi yaitu pemaparan
dari nara sumber pada sesi 1 dan tanya jawab pada sesi 2. Mengawali kegiatan
sesi pertama, saya menyerahkan sepenuhnya kelas kepada Pak Sahat selaku nara
sumber.
Selama dua jam lebih saya memandu jalannya kegiatan dengan segenap
kemampuan yang saya miliki. Maklumlah, pengalaman pertama tentu sangat banyak
kekurangan. Setelah menutup kegiatan, barulah saya lega telah menuntaskan
tugas. Perasaaan yang bekecamuk sejak pagi akhirnya sirna. Entah bagaimana
tanggapan peserta maupun nara sumber yang lain, yang jelas saya sudah menjawab
tantangan. Tantangan itu akan menjadi kenangan abadi. Kenangan yang terukir
indah hingga akhir usia dan kelak saya ceritakan kepada anak cucu saya.
Tantangan berikutnya sudah menghadang yaitu menjadi nara sumber. Mengingat waktu
yang mendadak dan belum pernah mengisi kelas online melalui grup WA, saya memanfaatkan
ilmu dari ringkasan puluhan resume dari kelas menulis Omjay. Ringkasan resume
yang akan saya terbitkan menjadi buku itu berjudul “Resep NIKMAT dalam Menulis”.
Segera saya ringkas menjadi bentuk power point yang mencakup semua materi yang
ada.
Namun dalam rapat Rabu malam, Bunda Lilis memberi tahu kalau ada perubahan
jadwal. Sebenarnanya tanggal 27 Agustus 2020, saya didapuk menjadi nara sumber
kelas Menulis Buku Inspirasi. Namun rencana itu urung terwujud dikarenakan terjadi
pergeseran jadwal. Bapak Thomas sebagai narasumber pada Jum’at malam, 28
Agustus 2020 berhalangan hadir karena harus menjadi nara sumber di acara lain.
Akhirnya beliau yang menjadi nara sumber pada pertemuan Kamis malam.
Dikarenakan pergeseran jadwal itulah, saya juga tidak dapat menjadi nara
sumber pada Jum’at malamnya. Malam itu saya ada kegiatan kemasyarakatan. Untuk
mengisi kekosongan, kegiatan diisi oleh Bunda Lilis dengan dimoderatori Pak
Sahat. Akhirnya saya dapat mengukir kisah menjadi nara sumber pada hari Senin
malam, 31 Agustus 2020, bertepatan dengan penghujung akhir bulan Agustus 2020.
Sejak Senin pagi, rasa grogi sudah mulai menghantui. Maklumlah, karena
menjadi nara sumber kelas online ini merupakan pengalaman saya yang pertama. Pagi
menjelang siang Pak Sahat sudah menanyakan biodata dan slide presentasi. Segera
saya kirimkan agar bisa dishare di grup kelas. Selepas siang, profil saya sudah
terpampang di grup kelas.
Selepas kantor hingga menjelang magrib, saya mempersiapkan materi melalui Ms
Word. Tujuannya agar saat memberi penjelasan dapat saya copas di chat WA
sehingga kelas berjalan lancar. Saya juga membuat capture dari slide presentasi
berikut keterangan pendukungnya. Hal ini saya maksudkan untuk mengantisipasi jika
terjadi kendala jaringan sehingga slide tidak dapat terkirim.
Sejak pukul enam petang, Pak Sahat sudah mulai mengedarkan absensi kelas
serta mengecek kesiapan peserta dibantu Bunda Lilis. Format kegiatan pun
berubah dari semula pertanyaan tidak langsung menjadi pertanyaan langsung. Pada
pertemuan sebelumnya penanya harus mengirimkan jawaban kepada moderator baru
dikirimkan ke grup kelas. Jadi lengkaplah tantangan yang harus saya hadapi. Malam
itu juga istimewa karena di grup hadir para dosen hingga profesor. Pesertanya
pun juga luar biasa mencapai 105 anggota.
Pukul 19.05 WIB, kegiatan pun mulai dilaksanakan. Seperti biasanya Pak
Sahat membuka pertemuan, mengkondisikan para peserta dan memberikan sambutan
dengan Tari Gambyong menyambut kehadiran saya di kelas. Awal pertemuan saya
mengisahkan bagaimana mulanya saya suka menulis hingga akhirnya mengobarkan
semangat peserta untuk menulis dan menulis.
Materi utama yang saya sampaikan adalah resep NIKMAT dalam menulis yaitu
Niat, Ide, Konsistensi, Motivasi, Alat dan Time/Timing. Saya bawakan materi dalam
bentuk chat yang sudah saya persiapkan. Sebagian capture tidak dapat terkirim
karena gangguan jaringan internet. Untunglah Pak Sahat cukup tanggap mengatasi
situasi tersebut.
Selepas pemaparan materi dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Ternyata para
peserta antusias menyimak. Terbukti beberapa materi menjadi fokus perhatian
yaitu penggunaan aplikasi memo/catatan untuk menulis, konsep habitual dalam
menulis, blog walking hingga nikmatnya dalam menulis. Satu per satu pertanyaan
saya jawab dengan pengetahuan yang saya miliki.
Akhirnya kegiatan berakhir jam 21.00 WIB. Perasaan saya sangat lega karena
sempat khawatir tidak dapat menjawab pertanyaan dari peserta. Semua seolah terbayar
dengan apresiasi dari para peserta dan nara sumber lainnya. Bunda Lilis bahkan
menulis chat berikut:
Chat yang sangat menginspirasi saya untuk terus berkarya berbagi dan
menulis. Semua terwujud juga berkat inspirasi yang diberikan Bunda Lilis. Jika
Bunda Lilis tidak membawa saya terbang ke NTT mengikuti kelas MBI tentunya saya
tidak akan pernah berkesempatan menjadi moderator maupun nara sumber.
Terima
kasih teruntuk Bunda Lilis yang juga telah memilih saya menjadi pemenang hati
Bunda saat membuat resume materi beliau di kelas menulisnya Omjay. Kesempatan yang telah diberikan adalah anugerah sekaligus hadiah yang sangat luar biasa bagi saya.
Keberhasilan menunaikan tugas sebagai moderator maupun nara sumber terus akan terukir menjadi prasasti dalam hati sebagai sebuah prestasi. Prestasi yang telah diapresiasi oleh para peserta sekaligus nara sumber yang lain. Prestasi yang menjadi langkah awal untuk membuka lembar-lembar prestasi berikutnya.
Saya mengajak kepada para rekan-rekan semua, marilah terus mengasah
kemampuan menulis. Menulis bukan soal bakat, namun merupakan kebiasaan yang
apabila dilakukan secara konsisten akan menjadikan kita terampil dalam menulis.
Selain itu, terimalah setiap tantangan yang datang terlebih dalam menulis. Bisa
jadi itu akan menjadi jalan bagi rekan-rekan semua menemui takdir menulis.
Terima kasih Bunda Lilis, rekan-rekan nara sumber dan para penulis hebat.
Marilah terus berkarya dan saling menguatkan.
Lereng Lawu, 03 September 2020
Tags:
Kelas MBI
Alhamdulillah, bisa memberi ilmu walau sedikit saja. Terus berkarya Pak Eko...
BalasHapusKeren x tulisan pak Eko ini bah....
BalasHapus