Minggu, 03 Januari 2021

Kata Sambutan untuk Sang Professor #1

 

KATA SAMBUTAN

 

Jika “Rumahku adalah Surgaku”, maka tak salah jika “Sekolahku adalah Ladang Surgaku”. Mengapa? Bagi seorang pendidik, sekolah merupakan tempat mengabdi, membelajarkan ilmu kepada peserta didik, mengajarkan keterampilan kecakapan hidup (life skills), serta menanamkan karakter kepribadian. Tujuannya agar peserta didik menjadi insan yang tidak hanya cerdas secara intelektualitas, namun juga cerdas emosional, spiritual dan karakterya, sehingga menjadi pribadi yang siap berperan serta demi kemajuan bangsa dan negaranya.

Sekolah juga menjadi tempat bagi tenaga pendidik untuk meng-upgrade dirinya, sehingga memiliki kompetensi yang mumpuni secara pedagogis, profesional, pribadi, dan sosial. Kompetensi yang tidak saja berguna bagi diri pribadi, namun juga bagi lingkungan di dalam dan di luar sekolah secara integral. Tak heran kiranya jika seorang pendidik disebut dengan guru, sosok yang digugu dan ditiru. Sosok yang dipegang teguh ucapannya dan diteladani tindakannya.

Dalam menjalankan tugas profesinya di sekolah, pendidik tentu dihadapkan pada berbagai macam dinamika, baik yang berhubungan dengan manajemen kerja, lingkungan kerja, rekan kerja maupun peserta didik. Dinamika yang unik, menarik sesuai dengan latar belakang demografi serta sosial budaya tempat di mana ia mengabdikan dirinya. Dinamika yang semakin mendewasakan jiwa maupun karakter sebagai pendidik.

Dinamika yang akhirnya dikisahkan dalam buku berjudul “Sekolahku Rumah Pengabdianku”. Buku yang lahir dari Kelas Menulis Buku Inspirasi bersama Dra. Lilis Ika Herpianti Sutikno, S.H. ini sungguh menarik. Sebelas penulis yang berasal dari berbagai wilayah di Nusantara, baik dari daerah 3T (tertinggal, terdepan dan terluar) maupun daerah perkotaan, mampu menampilkan dinamika kisah yang penuh warna. Kisah yang tidak hanya menarik dibaca, namun menginspirasi para pembaca tentang makna sebuah pengabdian.

Apresiasi luar biasa patut diberi kepada sebelas penulis dalam buku ini. Pada situasi pandemi yang penuh tantangan, mampu menyempatkan diri untuk terus berkarya dengan menulis bersama. Tak mudah tentunya membangun kolaborasi dan menyatukan ide demi lahirnya buku ini. Namun berkat dorongan untuk terus mengabdi demi mengukir prestasi dan melanggengkan jati diri demi kemajuan negeri, semuanya bisa terwujud.

Buku “Sekolahku Rumah Pengabdianku” merupakan  karya yang unik dan istimewa, karena: 1) para penulisnya berasal dari wilayah dengan latar belakang sosial budaya yang berbeda, 2) beragamnya dinamika kehidupan sekolah yang dihadapi para penulis, 3) semangat pengabdian dalam mengalahkan segala keterbatasan, dan 4) beragamnya cara membangun optimisme demi kemajuan pendidikan di negeri tercinta ini. Oleh karena itu, jika membaca buku ini akan lebih memahami bahwa tugas mendidik terkadang dihadapkan para berbagai keterbatasan. Namun dengan semangat pengabdian tanpa batas maka semua keterbatasan tersebut dapat terlewati.

Mengutip pendapat dari William Arthur Ward bahwa “Guru biasa hanya bisa menceritakan, guru yang baik mampu menjelaskan, guru yang unggul mampu menunjukkan, dan guru yang hebat bisa memberikan inspirasi”. Saya ucapkan selamat kepada sebelas penulis buku ini karena telah menjelma menjadi guru yang hebat, karena mampu memberikan inspirasi melalui karya bersama ini.

Saya berharap mudah-mudahan buku ini dapat menjadi role model bagi guru dan tenaga pendidik lainnya di seluruh nusantara untuk terus berkarya di tengah berbagai situasi dan kondisi. Selain itu dapat memberikan nilai tambah dalam memperkenalkan berbagai kultur sekolah yang ada di negeri tercinta ini. Sekolah merupakan padepokan sekaligus kawah candradimuka yang melahirkan generas-generasi emas penerus estafet perjuangan bangsa. Maka, teruslah ikhlas mengabdi dengan segenap hati demi meretas pendidikan yang berkualitas.

 


Previous Post
Next Post

0 komentar: