Sabtu, 22 Agustus 2020

Renungan Tengah Malam Edisi 01

Menuju Titik 0

Setiap terjadi pergantian tahun selalu menjadi perhatian banyak orang. Ada yang fokus membahas apa yang telah dilakukan setahun berlalu. Ada yang membuat planing apa yang akan dikerjakan setahun yang akan berjalan. Ada yang membicarakan apa yang akan terjadi tahun ini. Ada yang merayakan dengan berpesta. Bahkan ada yang acuh melihat tahun telah berganti.
Namun, tidak banyak yang memperhatikan bahwa bergantinya tahun karena bergantinya bulan. Bergantinya bulan Karena bergantinya hari. Bergantinya hari karena bergantinya jam. Bergantinya jam karena bergantinya menit. Bergantinya menit karena berjalannya detik.
Hal pasti dari segudang ulasan tentang apa yang sudah dikerjakan dan akan dikerjakan bahwa waktu tidak dapat diulang. Sedetik yang berlalu, tak dapat diulang kembali dimasa datang. Apalagi mengulang kembali tahun yang berlalu.
Semakin berjalannya waktu maka semakin sempit pula kesempatan yang dimiliki. Mengapa demikian? Karena sejatinya saat kita dilahirkan maka saat itu pula hitungan waktu mundur menuju ajal dimulai. Semakin bertambah bilangan umur, fisik mulai lemah, rambut mulai memutih, kulit mulai keriput, pandangan mulai kabur, ingatan mulai lupa bahkan sakit mulai menyelimuti badan.
Muasabah memang menjadi sarana untuk mawas diri. Mawas diri untuk agar tidak mengulang kesalahan masa lalu dimasa datang. Mawas diri untuk memperbaiki kekurangan. Mawas diri untuk menghisab diri sendiri sudah berapa banyak bekal amal yang kita kumpulkan. Mawas diri untuk segera berbuat kebaikan sebanyak mungkin.

Ingatlah saat ini kita sedang menuju titik 0 atau garis finish kehidupan. Saat berada di titik 0 maka semua tak akan berguna. Tumpukan harta benda tak lagi berharga. Keluarga tak lagi bersama. Beramal tak lagi kuasa. Tobat pun tak lagi diterima. Hanya ada dua pintu yang tersedia neraka atau surga.
Kata Ebiet G. Ade segeralah bersujud mumpung kita masih diberi waktu. Segeralah berbuat mumpung kita masih mampu. Segeralah menuju ampunan Illahi. Kumpulkan bekal sebanyak mungkin tuk perjalanan abadi. Jadikan diri kita orang yang beruntung. Caranya? Barang siapa yang amalnya hari ini lebih baik dari hari kemarin maka ia orang yang beruntung. Tinggalkan kenangan yang berkesan seperti tulisan, bukan batu nisan. Sebagai bukti bahwa kita pernah hidup dan akan dikenang sepanjang jaman. 
#renungan_tengah_malam_edisi01
Previous Post
Next Post

6 komentar:

  1. Semoga kita bisa memanfaatkan waktu yang ada untuk kebaikan orang banyak... Dan pastinya menulis untuk mencatat nama kita untuk tetap dikenang..
    Terimakasih pak... Mari ttp semangat menulis..💪💪💪

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siap Pak Sahat...kita satu tim dipercaya untuk mengajarkan virus menulis..Mari tetap bersemangat untuk selalu menulis...

      Hapus
  2. Kapan saya mulai menulis semua masih angan2 semoga karena membaca tulisan senior2 tangan ini tergerak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mari Ibu...segera tuangkan ide dalam tulisan...jangan terlalu lama di pendam dalam angan-angan...nanti terbawa angin....

      Hapus