Seberkas tanya yang menggelitik namun punya berjuta jawaban.
Yah, Covid-19 memaksa sebagian pekerjaan dikerjakan dari rumah atau dikenal
dengan istilah WFH (Work From Home). Untuk menjawab pertanyaan tersebut,
setidaknya perlu diidentifikasi beberapa hal, yakni:
1.
Beban Pekerjaan
2.
Beban Amalan
WFH
dan WFO dari Aspek Beban Kerja
Dua hal tersebut yang akan menjadi pembeda jawaban
antara enak WFH atau WFO. Ditilik dari beban pekerjaan utama, sebenarnya WFO
dan WFH tidak ada perbedaannya karena sama-sama pekerjaan kantor yang
dikerjakan dari rumah harus selesai sesuai target. Ditilik dari beban pekerjaan
tambahan, WFH lebih berat dari WFO. Mengapa demikian? Ada 3 kategori partisipasi
orang kantoran terhadap kegiatan rumah:
Kriteria
1, Aktif kantoran namun pasif mengurus rumah karena ada asisten rumah tangga
Kriteria
2, Aktif kantoran namun masa bodoh dengan urusan rumah
Kriteria
3, Aktif kantoran sekaligus aktif mengurus rumah
Kriteria 1 dan 2, jelas no problem. Saat WFH mereka
tenang dan hanya mengurusi pekerjaan kantor dari rumah. WFH menjadi pilihan
enak bagi orang kriteria 1 dan 2 karena tidak perlu keluar rumah untuk
menyelesaikan urusan kantornya sembari bisa bersantai dan tak terikat jam
kerja. Main game, tik tok-an, atau bermedsos ria menjadi pengisi waktu luang.
Kriteria 3, jelas menjadi problem besar. Saat WFH
mereka harus membagi waktu untuk menyelesaikan urusan rumah. Kadang kriteria
ini menyelesaikan urusan rumah seperti menyapu, mencuci, menyeterika, menata
rumah hingga mengasuh anak, sebelum menyelesaikan pekerjaan kantornya. Artinya
bagi kriteria 3 ini justru beban pekerjaan berlipat ganda dibandingkan saat
mereka WFO. Bahkan kesempatan mereka istirahat relatif lebih sedikit dibandingkan
saat WFO. Beban itupun kadang bertambah saat orang rumahan pulang dari kantor
membawa masalahnya di kantor ke rumah. Atau justru mendengar omelan orang
rumahan yang pulang dari kantor karena rumahnya terlihat belum rapi atau
terkadang berantakan. Padahal orang kriteria 3 ini kadang sedikit istirahatnya
dibandingkan dengan mereka yang WFO.
WFH
dan WFO dari Aspek Beban Amalan
Pahala bagi kriteria 3 berlipat ganda dibandingkan
dengan kriteria 1 dan 2 jika ikhlas dan sabar menjalani. Setiap salat kita
berikrar dengan salah satu firman Allah dalam QS Al An’am ayat 162: Sesungguhnya
sholatku, ibadah (sembelihan) ku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah,
Tuhan semesta alam.
Mengacu pada ayat tersebut jelas, porsi aktivitas hidup
manusia lebih banyak waktunya dibandingkan dengan aktivitas lainnya. Jika
ditelisik, berapa lama waktu yang kita habiskan untuk sholat setiap harinya?
Bisa jadi tidak lebih dari 1 jam dari 24 jam waktu yang tersedia. Nusuk atau
ibadah dengan sembelihan atau qurban pun hanya dilaksanakan setahun sekali saat
idul adha. Demikian pun dengan kematian yang juga datang hanya sesaat.
Aktivitas hidup justru menjadi manifestasi terbesar bagi manusia untuk
mengumpulkan pahala. Jadi, tidak seharusnya manusia mengeluh melaksanakan
aktivitas hidupnya di luar sholat dan nusuk, karena hakikatnya dari situlah
manusia mengumpulkan amal kebaikan. Aneh kiranya, jika manusia mengeluh melakukan
rutinitas hariannya seperti membersihkan rumah, mencuci, mengepel, memasak,
menyeterika, menyapu, mengasuh anak, antar jemput anak atau merawat diri
sendiri. Dikeluhkan atau tidak, ikhlas atau tidak toh semua itu harus
dikerjakan. Tinggal memilih ingin yang berbobot pahala atau tanpa mendapat pahala
apapun.
Kesimpulannya, WFO atau WFH adalah ketetapan Allah yang
dianugerahkan melalui pemikiran manusia. Jika Allah tak menuliskan di lauhmahfuz
terjadinya pandemi Covid-19, bisa saja tidak terbersit untuk membuat WFH
ataupun WFO. Langkah bijaknya adalah :
1. 1. Syukuri apa yang dianugerahkan Allah
1. 2. Jalani semua ketetapan-Nya dengan sabar dan ikhlas
3. Mereka yang WFO menghormati yang WFH karena ternyata beban WFH itu berlipat ganda (khusus bagi kriteria 3)
JANGAN MEMANJAKAN DIRI DENGAN MUDAH MENGELUH KARENA SEMUA YANG TERJADI SUDAH MENJADI KEHENDAK DAN KETETAPAN YANG MAHA BERKEHENDAK, ALLAH SWT
0 komentar: