KATA SAMBUTAN
Jika “Rumahku
adalah Surgaku”, maka tak salah jika “Sekolahku adalah Ladang Surgaku”.
Mengapa? Bagi seorang pendidik, sekolah merupakan tempat mengabdi,
membelajarkan ilmu kepada peserta didik, mengajarkan keterampilan kecakapan
hidup (life skills), serta menanamkan
karakter kepribadian. Tujuannya agar peserta didik menjadi insan yang tidak
hanya cerdas secara intelektualitas, namun juga cerdas emosional, spiritual dan
karakterya, sehingga menjadi pribadi yang siap berperan serta demi kemajuan
bangsa dan negaranya.
Sekolah juga
menjadi tempat bagi tenaga pendidik untuk meng-upgrade dirinya, sehingga memiliki kompetensi yang mumpuni secara pedagogis, profesional, pribadi, dan
sosial. Kompetensi yang tidak saja berguna bagi diri pribadi, namun juga bagi
lingkungan di dalam dan di luar sekolah secara integral. Tak heran kiranya jika
seorang pendidik disebut dengan guru, sosok yang digugu dan ditiru. Sosok
yang dipegang teguh ucapannya dan diteladani tindakannya.
Dalam menjalankan tugas profesinya di sekolah, pendidik tentu
dihadapkan pada berbagai macam dinamika, baik yang berhubungan dengan manajemen
kerja, lingkungan kerja, rekan kerja maupun peserta didik. Dinamika
yang unik, menarik sesuai dengan latar belakang demografi serta sosial budaya
tempat di mana ia mengabdikan dirinya. Dinamika yang semakin mendewasakan
jiwa maupun karakter sebagai pendidik.
Dinamika yang
akhirnya dikisahkan dalam buku berjudul “Sekolahku Rumah Pengabdianku”. Buku
yang lahir dari Kelas Menulis Buku Inspirasi bersama Dra. Lilis Ika Herpianti
Sutikno, S.H. ini sungguh menarik. Sebelas penulis yang berasal dari berbagai
wilayah di Nusantara, baik dari daerah 3T (tertinggal, terdepan dan terluar)
maupun daerah perkotaan, mampu menampilkan dinamika kisah yang penuh warna.
Kisah yang tidak hanya menarik dibaca, namun menginspirasi para pembaca tentang
makna sebuah pengabdian.
Apresiasi luar
biasa patut diberi kepada sebelas penulis dalam buku ini. Pada situasi pandemi yang
penuh tantangan, mampu menyempatkan diri untuk terus berkarya dengan menulis bersama.
Tak mudah tentunya membangun kolaborasi dan menyatukan ide demi lahirnya buku
ini. Namun berkat dorongan untuk terus mengabdi demi mengukir prestasi dan
melanggengkan jati diri demi kemajuan negeri, semuanya bisa terwujud.
Buku
“Sekolahku Rumah
Pengabdianku” merupakan karya yang unik dan istimewa, karena: 1) para
penulisnya berasal dari wilayah dengan latar belakang sosial budaya yang
berbeda, 2) beragamnya dinamika kehidupan sekolah yang dihadapi para penulis,
3) semangat pengabdian dalam mengalahkan segala keterbatasan, dan 4) beragamnya
cara membangun optimisme demi kemajuan pendidikan di negeri tercinta ini. Oleh karena
itu, jika membaca buku ini akan lebih memahami bahwa tugas mendidik terkadang
dihadapkan para berbagai keterbatasan. Namun dengan semangat pengabdian tanpa
batas maka semua keterbatasan tersebut dapat terlewati.
Mengutip
pendapat dari William Arthur Ward bahwa “Guru biasa hanya bisa menceritakan, guru
yang baik mampu menjelaskan, guru yang unggul mampu menunjukkan, dan guru yang
hebat bisa memberikan inspirasi”. Saya ucapkan selamat kepada sebelas penulis
buku ini karena telah menjelma menjadi guru yang hebat, karena mampu memberikan
inspirasi melalui karya bersama ini.
Saya berharap mudah-mudahan buku ini dapat menjadi role model bagi guru dan tenaga pendidik lainnya di seluruh nusantara untuk terus berkarya di tengah berbagai situasi dan kondisi. Selain itu dapat memberikan nilai tambah dalam memperkenalkan berbagai kultur sekolah yang ada di negeri tercinta ini. Sekolah merupakan padepokan sekaligus kawah candradimuka yang melahirkan generas-generasi emas penerus estafet perjuangan bangsa. Maka, teruslah ikhlas mengabdi dengan segenap hati demi meretas pendidikan yang berkualitas.
0 komentar: